KETIK, SURABAYA – Sebagai upaya meningkatkan minat baca anak-anak Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBJT) meluncurkan sejumlah 16 buku terjemahan cerita anak berbahasa daerah-bahasa Indonesia di favehotel Sidoarjo pada Senin, (28/11/2022).
16 judul buku ini terdiri dari beberapa bahasa besar di Jawa yaitu bahasa Jawa, Madura dan Osing, hal tersebut bertujuan agar generasi muda tidak melupakan bahasa daerahnya.
16 judul buku tersebut terdiri dari 11 berbahasa Jawa-Indonesia, 3 berbahasa Madura-Indonesia dan 2 berbahasa Jawa-Osing.
Buku-buku ini bergambar menarik mulai dari sampul dan ceritanya dan menggunakan bahasa daerah yang dekat dengan masyarakat Jawa Timur, 16 buku tersebut ditujukan untuk anak-anak TK hingga kelas 3
Diungkapkan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Timur Umi Kulsum menjelaskan bahwa buku-buku tersebut sebagai salah satu dari 3 prioritas BBJT yaitu literasi, revitalisasi bahasa, sastra daerah dan internasionalisasi bahasa Indonesia.
"Penyediaan bahan-bahan bacaan yang bermutu yang berkualitas dan tentu juga menarik untuk anak-anak, kemudian ini terkait revitalisasi, bagaimana kita menjadikan bahasa daerah tetap dalam keadaan sehat," ungkapnya.
Pemberian penghargaan untuk salah satu penulis buku oleh Kepala Balai Bahasa Jatim. (Foto: Maria/Ketik)
Buku-buku ini sebagai salah satu cara untuk merevitalisasi bahasa agar bahasa daerah tetap harus dituturkan agar tidak hilang.
"Dalam arti bahasa tidak dituturkan lagi oleh penuturnya, kita punya contoh bahasa latin bahasa sansekerta itu bahasa besar karena tidak dituturkan lagi, mati sekarang," ungkap Umi Kulsum.
16 buku ini adalah salah satu wujud Badan Bahasa maupun Balai Bahasa untuk meningkatkan literasi sekaligus revitalisasi bahasa daerah.
"Merevitalisasi maupun melestarikan bahasa daerah, bahasa Jawa, Madura dan Osing," jelas Kepala BBJT.
Karena adanya gadget, anak-anak zaman sekarang tidak terlalu tertarik untuk membaca buku lebih suka melihat telepon genggam daripada membaca, maka dari itu Balai Bahasa Jawa Timur mengemas buku-buku ini agar menarik mulai dari segi cerita hingga gambarnya.
"Hadirnya gawai, bagaimana kita supaya anak-anak lebih tertarik, tadi jadi ceritanya harus mnarik, penulisnya juga penulis-penulis muda itu kita seleksi lo, penerjemahnya juga kita seleksi sebelum mereka, itu mereka diseleksi karena sudut pandang anak-anak bukan orang dewasa," tambah Umi.
Umi juga menjabarkan buku-buku ini disulap semenarik mungkin mulai dari sampulnya, ceritanya dan gambarnya agar anak-anak ingin terus membaca dan membaca.
Kepala Balai Jawa timur juga mengingatkan pentingnya orang tua untuk terus mengingatkan anak-anak agar meningkatkan literasi daripada bermain gawai.
"Ini juga peran orang tua ya, guru di sekolah atau orang tua yang di rumah juga ya tidak bisa hanya menjadi tugas sekolah saja untuk menggerakan literasi tetapi juga masyarakat dab juga keluarga, mudah-mudahan dengan adanya buku ini karena akan didistribusikan di komunitas-komunitas," harapnya.
Buku-buku ini akan disebarkan di beberapa komunitas yaitu komunitas sastra, komunitas bahasa dan komunitas literasi, nantinya buku-buku ini akan terdigitalisasi agar semakin mudah untuk menyebarkan sekaligus agar semakin banyak pembacanya.
Acara peluncuran Buku terjemahan cerita anak berbahasa daerah-bahasa Indonesia. (Foto: Maria/Ketik)
Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Tirto Adi mengungkapkan apresiasi terhadap Balai Bahasa Jawa Timur karena mampu mencetak buku-buku yang berkualitas khususnya untuk anak-anak awal SD.
"Paling tidak dengan adanya penerjemah karya berbahasa daerah ya tadi ada bahasa Madura, bahasa Osing ada bahasa Jawa itu akan semakin memperkuat trigatra bahasa. Jadi utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa Jawa kuasai bahasa asing," ungkap Tirto.
Tirto berharap kedepannya buku-buku ini dapat terus digunakan untuk jenjang SD mulai dari kelas 1 hingga kelas 3 agar bahasa-bahasa daerah dapat dilestarikan dan tidak punah.
"Kami bisa nanti untuk menggunakannya untuk buku pengayaan, biar anak-anak kita yang di Sidoarjo ini juga dari Madura ada, dari Osing ada, sehingga mereka terlayani kebutuhan sumber belajar literasinya terlayani dan saya pikir bagus ini," harap Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo. (*)