KETIK, JAKARTA – Dr Rizal Ramli, Rocky Gerung dan Novel Baswedan bertemu dalam sebuah forum bersejarah memperingati 25 tahun reformasi di Universitas Indonesia (UI), Rabu (24/5/2023).
Forum besutan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI tersebut mengupas perjalanan bangsa pra dan pasca reformasi 1998 menghadirkan tiga tokoh pengawal demokrasi tersebut.
Rocky Gerung adalah seorang filsuf, akademisi, dan intelektual publik Indonesia. Ia merupakan salah seorang pendiri Setara Institute dan fellow pada Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Rocky juga pernah mengajar selama 15 tahun di Universitas Indonesia.
Sementara Novel Baswedan, adalah mantan polisi yang pernah menjadi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari tahun 2007 sampai 2021 dan anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dari tahun 1999 hingga 2014.
Pada April 2017, Novel menjadi korban serangan orang tak dikenal yang menyiramkan air keras ke wajahnya hingga menyebabkan kecacatan permanen pada mata kirinya.
Penyerangan tersebut diduga terkait atas upaya penyelidikan kasus korupsi yang dilakukan Novel. Kasus penyerangan Novel telah menarik perhatian luas publik sejak awal kejadiannya, pula setelah pelakunya ditangkap pada Desember 2019 dan pada persidangan pelakunya pada Juni 2020.
Sementara Dr Rizal Ramli adalah tokoh pergerakan mahasiswa era 1977/1988 dan mantan menteri lintas presiden.
Rizal yang akrab disapa RR ini merupakan pakar ekonomi dan tokoh perubahan Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia pada 2015 silam.
Sebelumnya, ia juga pernah menjabat Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Menteri Koordinator bidang Perekonomian, serta Menteri Keuangan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Rizal pernah ditawari oleh Soeharto untuk menjadi menteri di Kabinet Pembangunan VII serta pernah ditawari oleh Gus Dur untuk menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan serta Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, namun semuanya ditolaknya. Barulah ketika Gus Dur memintanya menjadi Kepala Badan Urusan Logistik, ia menerima.
Di tingkat internasional, Rizal pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama beberapa tokoh ekonom dari berbagai negara lainnya.
Karena ingin fokus mengabdi pada negara dan bangsa Indonesia, Rizal pernah menolak jabatan internasional sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP) yang ditawarkan PBB pada November 2013.
Oleh sebagian kalangan, Rizal Ramli dijuluki sebagai "Sang Penerobos" karena ide-idenya yang tidak konvensional namun tepat sasaran, dan berpihak pada kepentingan rakyat. Meskipun berada dalam lingkaran kekuasaan, sikap kritis Rizal Ramli tak pernah berubah.
Pelataran Universitas Indonesia menjelang senja. Ratusan mahasiswa berkumpul mendengarkan orasi Rizal Ramli. Ia menegaskan kekejaman rezim saat ini melebihi order baru.
Kebebasan berpendapat sebagaimana amanah reformasi tertahan oleh regulasi-regulasi baru yang berujung pada sanksi hukum. Belum lagi, keberadaan lembaga anti rasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) justru dipreteli.
"Di KUHAP yang baru, Kalau ada mahasiswa dan rakyat kritik menteri, gubernur, bupati, Anggota DPR bisa dipenjarain. Ini jauh lebih sadis dari zaman Soeharto! Zaman Soeharto hanya kritik presiden bisa dipenjarakan," ungkap Rizal yang pernah ditangkap dan merasakan dinginnya hotel prodeo selama 1,5 tahun saat era Presiden Soeharto itu.
Namun, lanjutnya, yang paling mengkhawatirkan lagi adalah gurita bisnis anak-anak keluarga Jokowi. Di mana baru enam tahun berkuasa sudah memiliki 60 perusahaan.
"Anak-anaknya business semua, Tomi Soeharto business ketika Soeharto sudah kuasa 15 tahun, Jokowi baru kuasa 6 tahun anaknya punya 60 perusahaan," ujar Menko Ekuin Presiden Gus Dur tersebut.
Realita itu kian memanaskan diskusi para narasumber dengan mahasiswa UI. Peserta seolah memiliki semangat baru bertemu usai bertemu langsung bersama para 'pengawal' demokrasi tersebut.
"Kawan-kawam mahasiswa jangan mau tergiring drakor Copras-Capres. Fokus perbaiki sistem untuk mewujudkan demokrasi dan keadilan," demikian pesan Rizal Ramli.
Sementara itu, Ketua BEM UI Melki Sedek Huang tak ketinggalan berapi-api menyampaikan marwah reformasi. Mahasiswa tak boleh tinggal diam begitu saja dan hanya menjadi penonton bagi deformasi.
"Kita bisa menonton realita republik itu apa yang sedang terjadi, jadi kalau keluar dari tempat yang kita menimba ilmu dan pengen ngelawan itu baru benar teman-teman," ungkap Melki.
Mereka juga sepakat forum itu tetap bergelora kendati sempat mengalami sedikit kendala. Tak ada pihak yang bisa menghalangi diskusi bernas tersebut sebagai bagian dari kebebasan berpendapat dan berekspresi.
"Saya peringatkan kepada semua pihak yang berusaha memberangus ekspresi mahasiswa UI, yang berusaha untuk memberangus ekspresi mahasiswa, satu serangan dari kalian menandakan ribuan serangan balik dari mahasiswa yang siap melawan," ucapnya.
Satu serangan itu, tambahnya, menandakan serangan balik yang akan lebih menggentarkan kondisi kekuasaan.
"Jadi hari ini silakan teman-teman belajar banyak, tapi keluar dari tempat ini silahkan teman-teman belajar banyak mengorganisir dirinya dan bersuara sebanyak-banyaknya karena apa yang kalau mau kita harapkan kalau kondisi negeri sedang tidak baik-baik saja, mungkin sekian dari saya terima kasih teman-teman semua," tutupnya.(*)