KETIK, MALANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang telah memetakan tiga kelurahan menuju kondisi zero stunting. Kelurahan tersebut ialah Kelurahan Rampal Celaket, Klojen, dan juga Samaan.
Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif menjelaskan ketiga kelurahan tersebut memiliki tingkat penurunan kasus stunting yang cukup baik. Seperti di Kelurahan Rampal Celaket, dari 181 balita stunting tersisa 4 balita yang perlu ditangani.
"Kalau di Kelurahan Klojen masih ada 13 kasus stunting dari 139 balita. Kemudian Kelurahan Samaan masih ada 18 kasus dari 333 balita," ujar Husnul, Sabtu (16/12/2023).
Kelurahan menuju zero stunting juga dilihat dari tidak ditemukannya balita baru yang masuk ke dalam kategori risiko stunting. Adapun risiko stunting tersebut meliputi gizi dan berat badan yang kurang.
"Itu sudah kita intervensi dengan pemberian Program Makanan Tambahan (PMT). Kedua, memang percepatan di dalam penurunan stuntingnya itu yang akan kita hitung untuk menuju pada zero stunting," lanjutnya.
Husnul menjelaskan, Dinkes Kota Malang akan terus memantau dan mengintervensi kasus stunting di kelurahan lainnya. Pemantauan dan evaluasi kembali akan dilaksanakan di akhir Desember 2023 nanti.
"Kelurahan lainnya, akan kita lihat progres penurunannya. Nanti di akhir Desember 2023 bisa kita lihat lagi apakah memang terjadi penurunan di wilayah lainnya atau masih tiga kelurahan itu yang mengarah ke zero stunting," terangnya.
Berdasarkan data Dinkes Kota Malang tahun 2023, tingkat stunting di Kota Malang cukup fluktuatif. Bulan Juni tingkat stunting mencapai 9,65 persen dan mengalami penurunan bulan Juli menjadi 9,29 persen.
Pada Agustus mencapai 9,09 persen, kemudian September 9,96 persen, disusul bulan Oktober menjadi 9,73 persen, dan November mencapai 9,58 persen.
Menurut Husnul, setiap kelurahan memiliki inovasi masing-masing dalam menanggulangi stunting. Namun ia mengharapkan setiap masyarakat dan juga fasilitas kesehatan dapat lebih memberikan intervensi supaya penurunan stunting dapat berjalan maksimal.
"Masing-masing kelurahan punya inovasi yang sudah dilakukan di bawah Puskesmas yang ada. Kita melihat intervensi yang dilakukan, baik pada balita risiko stuting maupun yang berat badannya kurang, itu tepat sasaran atau tidak. Kemudian dalam pemenuhan gizi sudah sesuai atau belum, dan dukungan dari stakeholder lain," tuturnya. (*)