KETIK, SURABAYA – Kota Surabaya dan Jakarta dinobatkan sebagai daerah yang memiliki anggaran perubahan iklim terbesar di Indonesia.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bobby Wahyu Hernawan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terhadap perubahan iklim sudah dilakukan sejak lama, bahkan sejak masa pemerintahan Bambang DH.
Berbagai program dilakukan Pemkot Surabaya untuk memperlambat perubahan iklim sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan, mulai dari penanaman pohon, penambahan ruang terbuka hijau dan program Surabaya Green and Clean.
"Untuk perubahan iklim itu sudah kita kerjakan lama, mulai dari zaman Pak Bambang DH, Bu Risma dan saya. Kita utamakan penanaman pohon dan penambahan ruang terbuka hijau," jelasnya kepada Ketik.co.id.
"Anggaran kita memang besar ya, tapi tidak hanya terbatas pada penanaman pohon. Tapi juga meliputi polusi, air tanah dan smart city," imbuhnya.
Lebih lanjut, total anggaran yang digunakan Pemkot Surabaya untuk lingkungan sebesar 19,5 persen dari total APBD Kota Surabaya. Jumlah tersebut tersebar ke banyak instansi karena permasalahan lingkungan tidak hanya terpusat pada Dinas Lingkungan Hidup.
"Iya dari jumlah segitu kita sebar, kalau masalah rokok itu urusan Dinas Kesehatan dan kalau smart city itu baru Dinas Lingkungan Hidup," tambahnya.
Eri tidak merinci besaran anggaran yang digunakan. Ia mengaku tidak terlalu memperhatikan rincian anggaran. Selama ini, ia memang menaruh perhatian besar terhadap permasalahan lingkungan hidup yang memiliki dampak besar terhadap kehidupan masyarakat.
"Aduh saya enggak ngerinci ya pokoknya hitung saja Rp10 triliun itu 19,5 persennya berapa. Saya yang penting kerja saja," pungkasnya.(*)
