KETIK, PACITAN – Sampah dibuang menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak berlaku bagi masyarakat di Kelurahan Sidoharjo, Pacitan, Jawa Timur. Sebab, Kelurahan itu, memiliki tempat pengolahan sampah (TPS) sendiri, TPS 3R Sido Makmur namanya. Bahkan, TPS itu bisa menjadi alternatif atasi perkara sampah area kota Pacitan.
"Saya siap atasi sampah kota. Saya juga sudah punya master plan, ini kan tanah ini masih luas sampai 40an meter, nanti di situ ada tempat edukasi sampah, tempat pilah, kompos, magot, dan lele, dan lain sebagainya," kata Ketua TPS 3R Sido Makmur Ahmad Jahidin (48), Sabtu (1/7/2023).
Jahidin mengatakan, TPS 3R Sido Makmur saat ini baru mengelola sekitar 25% sampah dari area kota Pacitan atau sekitar dua ton per hari, meliputi wilayah Plelen hingga Mbalong. Sampah yang masuk ke TPS itu bakal dipilah dan diolah.
Tak sendiri, Jahidin dibantu 11 petugas lainnya untuk mengelolanya. Setiap pagi, kata Jahidin, petugas akan berkeliling mengangkut setiap sampah di rumah-rumah menggunakan dua motor beroda tiga.
Kemudian, diolah menjadi pakan maggot (belatung) dan pupuk kompos. Belatungnya akan langsung dijual ke peternak atau dipakai campuran pakan lele.
Sampah keringnya dijual rongsok, langsung ke pelapak, hasilnya kembali lagi untuk menambah income petugas. TPS 3R Sido Makmur beroperasi, sejak 2017, pendirian TPS itu berawal dari keresahan masyarakat akan kumuhnya lingkungan.
Ketua TPS 3R Sido Makmur, saat diwawancarai. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
"Awalnya ada program turun dari Pemerintah, lalu masyarakat sepakat. Karena resah melihat masalah sampah, di lingkungan juga untuk persiapan timbunan sampah yang lebih besar dengan adanya sekolahan di Sidoarjo, seperti SMK, MA dan SD," ujar Jahidin.
Banyak kendala yang dihadapi, pada masa awal berdirinya hingga sekarang. Mulai dari keterbatasan sumber daya manusia (SDM), soal kerusakan alat termakan usia, hingga permasalahan dengan pelanggan.
"Saya juga pernah dikatain gila, dulu cuman 4 orang yang di sini. Masyarakat juga banyak yang mengeluh pas diminta membayar Rp10 ribu per bulan. Hambatannya lagi kendaraannya juga sering rusak karena sudah umur," kata Jahidin.
Namun, pria asli Pacitan itu tak menyerah. Meskipun begitu ia tetap gigih bermodal sendiri, mengikuti pelatihan pengolahan sampah di Kota Malang. Bermodalkan ilmu yang diperoleh saat itu, TPS 3R Sido makmur kini kian membaik.
"Kita jatuh bangun, dulu nekat modal sendiri cari pengalaman ke Malang ikut pelatihan. Tapi tetep belajar terus. Sampai akhirnya, TPS 3R saat ini cash flownya sudah nyaman, cukup untuk membayar petugas disini," terang Jahidin.
Menurutnya, solusi masalah sampah tak melulu soal imbauan dan teori berlapis, tapi perlu praktik langsung untuk secara tuntas memutus rantai tersebut. Pun, TPS jadi solusi yang efektif dan efesien daripada yang lainnya.
"Saya ini udah coba kalkulasi, dari 1 ton sampah itu. Kita mampu memanfaatkannya 70% dari mulai sampah organik, anorganik tidak ada yang terbuang. Pun kalau bank sampah, tak rasa masyarakat itu butuhnya bersih, dan ada yang ngangkut, jarang yang mau ngater ke tempat," tambah Jahidin.
Dengan demikian, keberhasilan TPS 3R Sido Makmur tak telepas dari kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dinas, maupun lembaga terkait. Pun Jahidin berharap, perkara sampah segera beralih ke TPS 3R alias pengelolaan, agar manfaat sampah tak terbuang sia sia dan TPA Pacitan tidak terlalu terbebani.
"Ada yang baru lulus sekolah ikut di sini, TPS 3R juga mengurangi pengangguran. Meski tidak seberapa, petugas disini digaji Rp1.5/Rp1.6 juta tergantung absennya," tandas Jahidin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Ketik.co.id, ada sekitar lima TPS 3R di Pacitan. Di antaranya Sidoharjo, Arjowinangun, Kebonagung, Ngadirojo, namun yang aktif beroperasi hanya TPS 3R Sido Makmur Sidoarjo.
Kabar baik, PT. PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Pacitan telah menandatangani lembar kerjasama dengan TPS 3R Sido Makmur dan TPS 3R Ngadirojo pada Jumat (09/06/2023) lalu, terkait bantuan Corporate social responsibility (CSR).(*)