KETIK, SURABAYA – Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Surabaya Andi Mattalitti memberikan pemaparan menarik saat acara business sharing Surabaya Friendship Club (SFC) bertema Striving Forward, Hybrid & Collaboration di Resto Nine, Sabtu (21/1/2023).
Andi sendiri membawakan materi dengan tajuk "Menarasikan Imajinasi Indonesia Masa Depan", Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Jatim tersebut mengatakan bahwa semua sudut pandang berawal dari kekuatan cerita atau narasi dari generasi ke generasi.
Demikian pula ketika menarasikan Indonesia Masa Depan, Andi Mattalitti banyak menjaring cerita dari komunitas dan lingkungan sekitar.
Berawal dari cerita, banyak negara berkembang menjadi negara maju karena mampu mengimajinasikan keinginan mereka.
Sebagaimana Bangsa Indonesia memiliki cita-cita besar mewujudkan Indonesia Emas 2045 sesuai amanah Undang-Undang 1945. Namun di tengah mimpi itu, tantangan pandemi menghadang. Perekonomian global terpuruk.
Warga di sejumlah negara maju seperti Eropa bahkan sudah tidak mampu membayar cicilan rumah. Siapa sangka negara pusat kemajuan dunia tersebut, bisa tertinggal dengan Asia.
Ancaman resesi global ini disinyalir akan memberikan dampak secara luas. Angka pengangguran makin tinggi. Banyak sarjana, tapi kesempatan kerja semakin sempit. Kondisi tersebut otomatis mengganggu kestabilan dan keamanan.
Dampak lain dari resesi global adalah penurunan daya beli masyarakat. Sehingga, kata dia, harus ada diversifikasi usaha.
Tak hanya itu saja, banyak bisnis akan bangkrut dan banyak orang mungkin kehilangan tempat tinggal. Maka dari itu, Andi menyarankan satu peribahasa keramat "Sedia air sebelum hujan".
Namun dari pandemi pula, semua orang belajar bereksperimen melalui strategi work life balance. Keseimbangan antara pekerjaan dengan hidup.
"Kita belajar dan akhirnya terintegrasi dengan kehidupan-kehidupan sekarang," terang Andi.
Pengusaha adalah penyintas ekonomi karena pandemi kala itu. Demikian sebut Andi Mattalitti. Namun, tak ada kata menyerah.
Menggunakan strategi growth mindset, penuh keberanian menghadapi tantangan. Bukan menghindari tantangan. Bertransformasi menuju era digitalisasi. Memilih punah atau mengadopsi.
"Anggap saja pandemi kemarin merupakan eskalator percepatan," tandasnya.
Tahun Politik dan Relasi Cerita
Pengusaha Indonesia juga memiliki kesempatan sekaligus pilihan. Terpuruk atau bangkit. Apalagi saat ini memasuki tahun politik.
"Tahun-tahun rawan di mana ini adalah titik nadir kita apakah negara kita akan terpuruk atau bangkit," tegas Wakil Ketua I Pemuda Pancasila Jatim tersebut.
Andi Mattalitti mengatakan, tidak sedang menggiring opini dan mengajak untuk memilih calon tertentu. Namun, pengusaha harus memahami kekuatan politik sebagai penentu arah kebijakan besar. Termasuk di KADIN. Semua kebijakan berasal dari pemerintah.
"Kalau kita nggak bisa lobi pemerintah kita nggak bisa pilih pemerintah yang peduli sama kita kaum ekonomi, otomatis efek domino akan panjang," ungkapnya.
"Jadi tahun politik ini setiap one man one vote sangat penting. Jangan sampai apatis terhadap politik dan pilihlah kira-kira tidak lagi berdasarkan kekuasaan, tetapi relasi cerita. Karena cerita seorang pemimpin itu relevan dengan negaranya, relevan dengan permasalahannya dan relevan dengan kebijakan-kebijakannya. Narasi adalah kekuatan saat ini. Baik itu di perekonomian, politik, hankam, hubungan internasional dan sebagainya," jelasnya lebih lanjut.(*)