KETIK, JAKARTA – Dalam bulan Juni ini viral pernyataan tentang people power dan permintaan pemakzulan Presiden Jokowi di tengah masyarakat.
Awal bulan Juni beberapa tokoh nasional, ulama, purnawirawan dan para aktivis berkumpul dalam helat "26 Tahun Mega Bintang".
Agenda tersebut diadakan oleh tokoh tua yang dikenal sejak lama, Mudrick Sangidu. Ia merupakan tokoh senior termasuk orang yang juga pernah dekat dengan Megawati.
Pemerhati Kebijakan Publik Syafril Sjofyan mengungkap kupasan fakta oleh para nara sumber pada pertemuan itu.
Antara lain tentang kegagalan dan pelanggaran konstitusi serta penyimpangan ideologi dari rezim Jokowi.
Mereka menilai kegagalan demi kegagalan sudah sangat banyak terjadi sehingga gerakan rakyat yang dikenal dengan istilah people power sebagai saluran non linear menjadi pilihan.
"Sementara MPR, DPR dan MK 'dikuasai' sepenuhnya oleh oligarki politik dan ekonomi sehingga saluran secara linear sudah terlanjur tidak bisa diharapkan," kata Syafril merangkum pembahasan dalam pertemuan tersebut, Minggu (2/7/2023).
Aktivis Pergerakan 77-78 sekaligus Sekjen FKP2B ini tidak mengupas tentang banyaknya aspek yang telah dilanggar. Karena menurut Syafril, sudah banyak tulisan dan podcast secara rinci yang mengabarkannya. Poin yang dipilih adalah tentang Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dari Presiden Jokowi dan keluarganya.
Syafril mengatakan, data dan fakta tentang hal tersebut sebenarnya sudah pernah diungkapkan oleh seorang dosen yang juga aktivis 98, Dr. Ubaidillah Badrun (Ubed).
"Pada tahun yang lalu telah disampaikan 'pelaporan' kepada KPK. Belum ada kelanjutan prosesnya oleh KPK. Sepertinya 'diendapkan' setelah presiden berganti," sebut Syafril memberikan tanda kutip dalam beberapa pernyataan.
Ia mencontohkan, hanya dalam waktu sekitar tujuh tahun jadi presiden, anak-mantu Presiden Jokowi langsung menguasai bisnis dan politik.
"Enak hidup sebagai anak presiden, tidak perlu meniti dari bawah. Langsung loncat pada undakan tinggi," ujarnya.
Syafril menyebut anak presiden, Gibran, jadi Wali Kota Solo. Sedangkan Bobby, sang menantu, jadi Wali Kota Medan.
Belakangan muncul pula wacana memproyeksikan Gibran jadi Gubernur Jakarta atau Gubernur Jawa Tengah. Bahkan konon Prabowo 'ingin menyunting' Gibran menjadi Cawapresnya.
Sedangkan Kaesang, lanjut Syafril, sangat berambisi menjadi Wali Kota Depok, Jawa Barat.
"Katanya sudah direstui keluarga (Jokowi) untuk menempati posisi tersebut. Enak tenan anak presiden," ujar Syafril.
Demikian pula dalam bisnis. Ia mengatakan, nilai aset bisnis kedua putra lelaki Jokowi ini mencapai ratusan miliar dan langsung meroket.
"Capaian ratusan miliar tidak perlu susah-susah. Kekayaan mereka tajir melintir, demikian istilah gen Z," tandasnya.
CNBC Indonesia online, menyebut bisnis tersebut bergerak di sektor makanan dan minuman hingga fashion.
"Tidak jelas benar apakah produk-produk ini laku dan disukai oleh masyarakat. Namun, supply dana ratusan miliar dengan mudah mereka dapatkan dari 'patner' oligarki," duganya.
"Kasus ini salah satu sangkaan terjadinya money laundering yang disampaikan oleh Ubed ke KPK," ujar Syafril.
Sementara itu, dalam tulisannya Arief Gunawan, seorang pemerhati sejarah, wartawan senior menyebut bahwa pada esensinya praktik KKN dinasti Jokowi ternyata lebih ganas dan merusak dibandingkan dengan dinasti Soeharto.
"Ini 'merupakan salah satu' alasan kenapa Jokowi harus cawe-cawe supaya selamat sekeluarga. Jika demikian sebenarnya bukan demi menyelamatkan bangsa. Tapi kepanikan," ucapnya.
Bagi Syafril, Presiden Jokowi lupa dengan petitih jawa kuno "yen urip mung isine isih nuruti nepsu, sing jenenge mulya mesti soyo angel ketemu". Jika hidup masih dipenuhi dengan nafsu, kemuliaan hidup akan semakin sulit ditemukan.
Namun, lanjutnya, tentu sudah terlambat karena petitih berikutnya “becik ketitik, ala ketara.” Perbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui juga.
"Ambisi pribadi Jokowi memanfaatkan jabatan sebagai presiden cawe-cawe pada Pemilu dan Pilpres memenangkan pilihannya agar Jokowi dan keluarganya selamat harus mendapatkan perlawanan yang luas dari masyarakat. Saluran non linear berupa people power sangat mungkin terjadi. Ingat sejarah Soeharto? Jatuhnya karena KKN anak-anaknya," ucap Syafril Sjofyan.(*)