KETIK, PACITAN – Di tengah keterbatasan anggaran, banyak sekolah negeri di Pacitan, Jawa Timur tak berani membangun taman indah nan asri untuk siswa-siswinya.
Namun, Sekolah Dasar (SD) Negeri Bolosingo membuat taman tanpa menggunakan duit negara alias dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
SD Negeri Bolosingo berhasil membangun taman atas swadaya para guru kelas, siswa, dan wali murid. Dibangun di atas lahan seluas sekitar 7x6 meter yang sebelumnya merupakan hutan rimbun tak terawat.
Kepala SD Negeri Bolosingo, Suyitno mengatakan bahwa ide pembangunan taman ini muncul dari banyak pihak guna menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan asri, pun tanpa membebani anggaran sekolah.
Dalam kurun waktu yang cukup panjang, pihak sekolah mulai menyulap tebing menjadi sebuah lahan kosong, di samping juga berkoordinasi dengan berbagai sektor. Mulai dari warga lingkungan, karang taruna hingga pemerintah desa ikut dilibatkan.
Kepala Dinas Pendidikan Pacitan bernama jajaran, saat sambangi taman SD Negeri Bolosingo, (27/2/2024). (Foto: Suyitno for Ketik.co.id)
Hingga diputuskan untuk mengadakan lomba membuat taman antar kelas. Pesertanya adalah guru kelas, wali murid maupun siswa-siswi.
"Akhirnya, kami membuat surat untuk disampaikan kepada wali murid. Ini adalah lomba taman antar kelas, kami punya tempat yang luas sekitar 7 kapling yang bisa digunakan," kata Suyitno, saat ditemui dikantornya, Kamis (7/3/2024).
Seiring gayung bersambut, pihak sekolah mulai menggelar lomba. Kepsek Suyitno tak menyangka respons dari wali murid cukup antusias.
"Tentunya kalau kami melakukan penarikan sumbangan pastinya tidak mengenakan, wali murid di sini pendapatannya tergolong minim. Pas dibuat lomba, alhamdulillah, respon wali murid untuk membangun taman cukup antusias, mereka menyumbang berbagai kebutuhan taman secara mandiri," terangnya kepada ketik.co.id.
Para guru kelas, wali murid dan siswa melakukan berbagai upaya kreatif, mulai dari mencari batu, barang daur ulang dan pelengkap lainnya. Selain itu, para guru dan siswa juga bergotong-royong untuk membersihkan lahan, menanam pohon, hingga menanam tumbuhan.
Tidak ada standar khusus dalam perlombaan ini. Suyitno mengungkapkan bahwa kreativitas dan kemolekan taman diserahkan mutlak kepada masing-masing peserta.
"Nah gara-gara siswa-siswi yang meminta dibuat bagus, wali murid atau ibu bapaknya ternyata malah jadi begitu serius mengerjakan, di luar ekspektasi kami," imbuhnya.
Dia mengatakan, sempat ada yang mengira bahwa pihak sekolah memaksa wali murid dan memberikan standar dalam pembuatan. Padahal hal itu tidak dibenarkan. "Kami serahkan kepada masing-masing peserta," ungkapnya.
Kini, taman SD Bolosingo terbangun, dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti gazebo, taman bunga, sumur, dan area bermain. Taman ini menjadi tempat favorit bagi para siswa untuk belajar, bermain, dan bersantai.
"Alhamdulillah, berkat kerja sama semua pihak, taman ini akhirnya bisa terwujud. Taman ini nantinya bakal dirawat dari setiap generasi," ujar Suyitno.
Proses perlombaan taman, peserta yang terdiri dari guru kelas, wali murid dan siswa tampak antusias berkreasi. (Foto: Suyitno for Ketik.co.id)
Suyitno mengungkapkan, bahwa taman tersebut sejatinya, ditujukan untuk menjadi media pembelajaran bagi siswa, di samping membuat sekolah ini menjadi indah.
"Tentunya sekolah tidak bisa sendiri, ini berkat dukungan wali murid dan banyak pihak. Pun saya menjamin, kami tidak melakukan pemungutan sumbangan sepeserpun," lanjut Kepsek Suyitno.
Kisah inspiratif SD Negeri Bolosingo ini menunjukkan bahwa dengan semangat gotong royong dan kerja sama, sesuatu yang luar biasa dapat dicapai. Taman di atas menjadi bukti bahwa pendidikan yang berkualitas tidak harus mahal.
"Insyaallah, nanti ke depannya tiap tahun kami bakal menyelenggarakan lomba taman. Kami juga berharap apabila ada pihak sponsor yang berkenan turut memperindah atau digunakan untuk promosi di tebing bagian bawah taman, kami sangat mempersilakan," pungkasya.(*)