Sastra Masuk Kurikulum Merdeka Belajar, Ini kata Guru Besar Unesa

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Mustopa

2 Juni 2024 14:52 2 Jun 2024 14:52

Thumbnail Sastra Masuk Kurikulum Merdeka Belajar, Ini kata Guru Besar Unesa Watermark Ketik
Suasana salah satu SD di Surabaya. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melakukan inovasi dengan berencana memasukkan pelajaran sastra pada siswa SD, SMP hingga SMA. Pelajaran sastra ini merupakan wujud pengembangan pada kurikulum merdeka belajar.

Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Dr. H. Muchlas Samani, M.Pd. mengatakan, sebenarnya yang dimaksud mata pelajaran sastra dalam penerapannya nanti adalah bagaimana sekolah membiasakan anak membaca dan memahami tulisannya. 

Sastra hanyalah alat agar anak dapat memahami dan menghargai karya sastra, terutama yang berkaitan dengan unsur seni budaya setempat. Hal ini penting untuk mengasah kemampuan linguistik anak.

"Jadi jangan dilihat sastranya, sastra itu hanya alat. Tujuannya di sini supaya anak-anak terbiasa membaca, memahami dan bertutur kata halus sesuai dengan karya sastra itu," jelasnya.

"Kebiasaan ini penting untuk melatih kemampuan linguistik anak yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dan memahami karya tulis," imbuhnya.

Nantinya guru tentu akan memilihkan buku bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia siswa. Setelah membaca nantinya akan ada diskusi terkait isi dari karya sastra yang dibaca oleh para siswa. 

Dalam pemilihan buku,.tidak bisa sembarangan, buku tersebut harus dapat menginspirasi anak-anak dan mengandung unsur budaya yang memiliki nilai budi pekerti yang luhur.

"Untuk bacaannya tentu akan disesuaikan, kalau anak-anak tentu buku yang menarik seperti apa jadi sesuai dengan usianya," paparnya.

Mantan Rektor Unesa periode 2010-2014 tersebut menjelaskan perbedaan antara pelajaran bahasa dan sastra.

Jika pelajaran bahasa hanya berfokus pada kemampuan linguistik atau tata bahasa saja, pelajaran sastra menitik beratkan pada keindahan bahasanya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

"Contoh kalau sastra yang bercerita tentang pahlawan berarti dia memiliki nilai kepahlawanan. Lalu ada sastra yang memiliki nilai unsur budaya seperti itu," sambungnya.

Sementara itu, ditemui di kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh menuturkan, hingga saat ini pelajaran sastra masih belum diterapkan, ia memprediksi pelajaran tersebut akan dimulai pada tahun ajaran baru nanti.

Terkait persiapan yang dilakukan tidak terlalu banyak, lantaran untuk mata pelajaran sastra ini masih berhubungan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa.

"Penerapannya masih belum, mungkin nunggu tahun ajaran baru. Nanti guru Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa yang akan ambil bagian karena pelajaran tersebut masih berhubungan," tuturnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Pendidikan Pelajaran sastra Kurikulum merdeka belajar Kemendikbudristek Kemampuan linguistik Dinas Pendidikan Surabaya