KETIK, JAKARTA – Kediaman Dr Rizal Ramli disusupi seorang pria yang diduga intel. Peristiwa tersebut terekam di video dan viral menyedot perhatian masyarakat bahkan trending Twitter pada Kamis, 25 Mei 2023.
Banyak kalangan menilai kejadian seperti itu merupakan sebuah ironi dalam negara yang seharusnya menjunjung tinggi demokrasi.
Apalagi dialami oleh seorang tokoh nasional yang selama ini dengan kadar intelektualitasnya yang tinggi kerap menyuarakan kebenaran demi untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara. Demikian ungkap pemerhati sejarah, Arief Gunawan.
"Kejadian seperti itu bukan saja mengingatkan masyarakat kepada era represif seperti yang pernah terjadi di masa Orde Baru dan juga Orde Lama, di masa kolonial tatkala penjajah Belanda memberlakukan doktrin Rust en Orde (ketenangan dan ketertiban) demi mengawetkan kekuasaan spion, mata-mata, atau intel sering digunakan untuk menguntit aktivitas para tokoh pejuang kemerdekaan," kata Arief, Jumat (26/5/2023).
Menurut Arief, umumnya para pemeran spion ini berasal dari kalangan bumiputera, karena tugas memata-matai dengan penyamaran tentu sangat mudah diketahui jika diperankan oleh orang Belanda, sehingga di kalangan masyarakat tempo dulu dikenal olok-olok berupa anekdot menggelikan, yaitu sebutan intel Melayu atau spion Melayu untuk bumiputera yang bekerja menjadi mata-mata Belanda.
"Waktu itu muncul pula ledekan bahwa mereka sebenarnya bekerja demi untuk mendapatkan sepotong keju," lanjut Arief.
Ia menambahkan, dalam berbagai narasi sejarah telah banyak dikisahkan cerita tentang aktivitas antara para intel yang bersinggungan dengan aktivitas para tokoh pejuang kemerdekaan. Boleh dikatakan hampir semua tokoh pejuang kemerdekaan negeri ini pernah mengalami dikuntit oleh intel.
"Trending Twitter tentang kediaman Rizal Ramli disusupi oleh seorang pria yang diduga intel ini juga mengingatkan pada kisah Bung Hatta yang tentu tak luput pernah pula dikuntit oleh intel," ujarnya.
Pada tahun 1930-an sepulang dari studi dan menjadi tokoh pergerakan di Belanda Bung Hatta dimata-matai intel.
Bung Hatta yang akan diasingkan ke Boven Digul saat itu menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya dan diperbolehkan menginap di rumah.
Arief kemudian mengenang tulisan Julinar Idris Koestono, salah seorang adik sepupu Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Pribadinya dalam Kenangan".
“Sekeliling rumah kami dikawal polisi orang Indonesia pada masa kolonial. Mereka mengendap-endap di semak keliling rumah kami dan di bawah rumah. Itu adalah tulisan Julinar Idris Koestono," kata Arief.
Rupanya, lanjut dia, mereka merasa perlu mengintai Bung Hatta karena mereka khawatir jika kabur atau dibawa lari untuk disembunyikan oleh para pemuda perjuangan kemerdekaan.
Mengetahui diinteli Bung Hatta akhirnya keluar dari rumah dan berbicara dengan tegas.
"Saat itu Bung Hatta mengatakan, saudara-saudara tidak usah mengendap-endap menjaga saya. Terang-terangan sajalah duduk di depan rumah saya, saya takkan lari. Katakan pada Belanda itu, saya sedih karena bangsa saya diperalat. Saya diperlakukan seperti seorang penjahat, padahal saya memperjuangkan nasib saudara-saudara. Tetapi saya mengerti ini adalah kewajiban saudara-saudara sebagai seorang rendahan kepada majikannya," ungkap Arief mengurai perkataan Bung Hatta kala itu.
Sementara itu, Jerry Massie, Direktur P3S, mengemukakan pendapatnya mengenai berita pengintaian yang menargetkan Rizal Ramli, seorang tokoh terkemuka negara ini. Dia menyebutnya sebagai tindakan konyol yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
“Mungkin dia terlalu vokal dan jujur dalam menyuarakan hak-hak sipil dan aspirasi rakyat. Tetapi bagaimanapun juga, ini adalah tindakan bodoh dan tidak perlu,” kata Jerry.
Dia mempertanyakan dasar dari pengawasan yang dilakukan di kediaman Rizal Ramli.
“Bagi saya, di era kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi, adalah sah dan wajar bagi mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi di era Presiden Gus Dur untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang condong ke arah oligarki,” katanya. Dia juga mempertanyakan apakah Rizal Ramli diduga melakukan tindakan pidana yang membenarkan dilakukannya pengintaian.
"Rizal Ramli bukanlah seorang pengedar narkoba atau teroris, jadi polisi sangat salah jika mengintainya,” tambahnya.
Jerry dengan tegas menyatakan bahwa Rizal Ramli bukanlah ancaman bagi bangsa, tetapi merupakan aset yang harus dijaga.
“Pemikiran, ide, dan gagasan ekonominya sangat dibutuhkan oleh bangsa ini. Atau mungkin dia dekat dengan kalangan mahasiswa, sehingga ada kebutuhan akan kewaspadaan. Saya yakin Rizal tidak perlu ditakuti dan diintai. Hak-hak dan privasinya tidak boleh diganggu,” tandasnya.(*)