KETIK, PACITAN – Bagi masyarakat Pacitan, Ramadan dan seni ronthek menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sebagai salah satu kearifan lokal, kesenian perkusi bambu tersebut diharapkan mampu menjadi branding positif bagi Kabupaten Pacitan.
Hal tersebut disampaikan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) dalam acara pembinaan kamtibmas dalam rangka cipta kondisi bulan Ramadan 1444 H di balai desa Sirnoboyo, Kamis (6/4/2023). Pembinaan oleh Bupati dan Forkopimda itu diikuti oleh seluruh kepala desa/lurah serta babinsa dan babinkamtibmas se- Kecamatan Pacitan.
Harapan Mas Aji dilatarbelakangi fakta jika budaya ronthek gugah sahur itu masih diwarnai perseteruan antar grup ronthek. Meski, gesekan-gesekan tersebut tidak sampai meluas, namun akan menjadi citra negatif bagi kesenian itu sendiri. Terlebih dengan adanya media sosial.
"Membahas ronthek Pacitan itu unik dan fenomenal, kadang terjadi gesekan namun akan selesai saat itu juga, akan tetapi tawuran bagaimanapun akan menjadi penilaian negatif," kata Mas Aji.
Menyikapi hal tersebut Mas Aji minta perhatian semua pihak mulai aparat keamanan, camat, kepala desa/lurah hingga kasun untuk terlibat aktif memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya pelaku ronthek untuk lebih bijak. Harapannya, seni ronthek gugah sahur akan tetap menjadi budaya lokal yang terus ada serta menjadi daya tarik bagi siapapun yang ingin menikmatinya.
Hal serupa disampaikan Kapolres Pacitan AKBP Wildan Alberd yang langsung diamini Dandim 0801 Pacitan Kolonel Inf. Roliyanto. Menurutnya, semua harus bisa menjaga agar Pacitan aman dan kondusif. Sebagai kesenian asli Pacitan, ronthek harus berkembang lebih modern tanpa diwarnai tindakan anarki.
Seni ronthek Pacitan sendiri saat ini sudah mulai mendapat pengakuan luas. Terbukti, kesenian tersebut telah masuk agenda Kharisma Event Nusantara dan dipercaya mengisi berbagai event besar lainnya. Usai memberikan pembinaan kamtibmas, Bupati Pacitan memimpin apel gabungan yang melibatkan TNI, Polri, Satpol PP, linmas dan elemen organisasi. (*)