KETIK, JEMBER – Peternak ayam petelur di Jawa Timur menjerit imbas anjloknya harga telur ayam di pasaran. Peternak terpaksa tetap menjual produknya meski dengan harga di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP).
Seperti yang dialami oleh Rizky Sabil (34 tahun). Peternak ayam petelur asal Jember, Jawa Timur itu mengeluh.
Diketahui, harga telur ayam di pasaran hanya Rp 22 ribu, bahkan pernah menyentuh angka Rp 20 ribu per kilogram. Sedangkan HPP-nya masih Rp 24 ribu.
"Kondisi ini (anjloknya harga telur ayam) terjadi sejak akhir Agustus sampai dengan saat ini. Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah karena kondisi peternak sudah di ujung nadir," kata Kiki, sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi Ketik.co.id, Selasa (7/11/2023).
Tingginya Harga Pakan
Menurut Kiki, banyak faktor penyebab harga telur ayam anjlok. Salah satunya adalah tingginya harga pakan.
"Pakan itu kan terdiri dari jagung, konsentrat dan katul. Saat ini, harga jagung itu sangat tinggi. Termasuk harga konsentrat," ungkapnya.
Kandang ayam petelur milik Rizky Sabil di Jember. (Foto: Naufal/Ketik.co.id)
Pihaknya berharap, pemerintah harus menurunkan harga dari bahan baku pakan yang saat ini harganya cukup tinggi sehingga bisa dijangkau oleh peternak.
Maraknya Telur Infertil
Telur infertil, kata Kiki, semakin marak beredar di masyarakat. Telur ayam infertil adalah jenis telur gagal menetas secara manual sehingga tidak aman dikonsumsi.
"Beredarnya telur infertil ini juga menyebabkan salah satu anjloknya harga. Padahal telur yang gagal netas itu tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh masyarakat," ucapnya.
Hal demikian diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk mengatur beredarnya telur infertil. Ia mendesak pemerintah untuk memahami kondisi peternak saat ini.
Terpaksa Jual Rugi
Kondisi ini membuat banyak peternak terpaksa menjual telur meski harus merugi. Tak ada pilihan lagi. Ayam harus tetap diberi pakan apapun kondisinya.
Potret ayam petelur. (Foto: Naufal/Ketik.co.id)
"Kalau kami sebagai peternak tetap harus jual seperti harga pasar yang semestinya. Jadi memang risikonya adalah rugi. Tetapi kita peternak tetap berjuang untuk bertahan dengan harga itu, jadi tetap terpaksa menjual dengan harga rugi," jelasnya.
Pemerintah Segera Bentuk Satgas
Kiki berharap pemerintah segera membentuk satgas pangan untuk mengawasi beredarnya ayam infertil.
Pemerintah juga perlu mengevaluasi terhadap pullet sehingga pullet tidak over produksi yang bisa menyebabkan harga telur anjlok. Ayam pullet adalah ayam yang sudah dibesarkan terlebih dahulu hingga sudah cukup dewasa.
"Harus ada acuan harga agar penjualan telur tidak di bawah harga HPP," pungkas peternak ayam petelur yang memiliki lebih 100 ribu ekor ayam. (*)