Rizal Ramli: Stop Pemilihan Presiden Lewat Pencitraan

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Moana

22 Maret 2023 06:30 22 Mar 2023 06:30

Thumbnail Rizal Ramli: Stop Pemilihan Presiden Lewat Pencitraan Watermark Ketik
Dr Rizal Ramli. (Foto: Dok.KETIK)

KETIK, JAKARTA – Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli mengimbau agar para bakal calon presiden menghentikan cara-cara pencitraan untuk menggaet pendukung.

Ia menilai masyarakat saat ini lebih cerdas dalam memilih calon pemimpin. Apalagi jika mereka merupakan tokoh hasil polling berbayar. 

Perusahaan polling berbayar juga diduga berafiliasi dengan buzzer untuk mendongkrak popularitas di media sosial. Rizal kemudian memberi contoh trending nya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok beberapa tahun silam. 

"Then in repeat again (kemudian ini terulang kembali, red). Ganjar ini kan kayak balon tusuk aja nanti kempes," ujar Rizal, Rabu (22/3/2023). 

Menurut Menko Ekonomi dan Perindustrian era Presiden Gus Dur ini, nama Ganjar hanya kuat di Jawa Tengah. 

Sedangkan Wilayah Jatim dinilai tidak mungkin memilih Ganjar karena merupakan basis Nahdlatul Ulama (NU). Apalagi di Jabar dan luar pulau. 

Namun, lanjut Rizal, karena bandar dan cukong lah yang sudah mendongkrak popularitas Ganjar dari belakang layar. 

"Masa Indonesia dipimpin lagi sama presiden yang pencitraan? Mau jadi apa republik ini," ujarnya.

"Pendidikan karakter sudah ditinggalkan hanya jadi slogan  digantikan dengan branding pencitraan," tandasnya. 

Rizal Ramli juga menilai jika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, tak akan tergoda mengusung figur yang kerap ditampilkan dalam hasil survei elektabilitas Capres 2024.

Menurut Rizal, Megawati merupakan sosok pemimpin yang selalu belajar dari pengalaman.

Pengalaman yang dimaksudkan Rizal, adalah Megawati pernah terkecoh dengan hasil survei saat mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pilpres 2014 dan 2019.

Saat itu, disebutkan akan ada Jokowi effect yang diyakini akan meningkatkan elektabilitas PDIP secara signifikan.

"Mbak Mega waktu itu sebenarnya masih mau maju Pilpres sampai last minute. Kemudian datanglah sembilan perusahaan polling yang sudah dibayar oligarki,” ujar Rizal Ramli. 

"Yang pertama bilang sama Mega dan Taufiq (almarhum Taufiq Kiemas), ‘Mbak Mega, mohon maaf, kalau Mbak Mega yang maju, kalah. Tapi kalau PDIP dukung Jokowi pasti menang jadi presiden. Yang kedua ada bonus ‘Jokowi effect’, elektabilitas PDIP akan nambah ke 33 persen’,” sambungnya.

Rizal Ramli menambahkan, bujuk rayu tersebut tidak hanya datang dari satu lembaga survei saja. Hingga akhirnya, Megawati pun luluh.

“Lama-lama Mbak Mega dan Bang Taufiq mulai goyang dan memberikan tiket capres ke Jokowi setelah mendengarkan presentasi sembilan perusahaan polling tersebut,” tuturnya.

Diuraikan Rizal lagi, pada Pilpres 2014, Jokowi betul terpilih sebagai presiden. Tapi, elektabilitas PDIP hanya naik dari 16,5 persen ke 18,5 persen.

"Artinya hanya naik 2 persen, bukan 16 persen seperti yang digembar-gemborkan lembaga survei. Kagak ada Jokowi effect dan lain-lain,” ungkap Menko Ekuin era Presiden Gus Dur itu.

Rizal melanjutkan, pola memoles elektabilitas dan popularitas dengan perusahaan polling berbayar ini kembali diulangi oligarki untuk menyokong Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

“Nah ini diulangi lagi sama Ganjar, dia sewa lagi perusahaan polling berbayar, sewa lagi media, kelihatannya hebat banget,” katanya.

Padahal, kata Rizal lagi, persoalan yang dihadapi Indonesia sangat kompleks. Sehingga dibutuhkan figur pemimpin yang memang punya kapasitas.

"Tapi masalah Indonesia ini kan terlalu kompleks, kita butuh orang-orang yang mengerti masalah, amanah, punya integritas buat menyelesaikan masalah, bukan Pangeran TikTok,” tandas Rizal Ramli.(*)

Tombol Google News

Tags:

Dr Rizal Ramli Pilpres 2024 pemilu 2024 Pencitraan