KETIK, JAKARTA – Rezim semi otoriter telah menghianati cita-cita reformasi. Nuku menjadi teladan perjuangan menegakkan kembali demokrasi dan keadilan.
Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli menyampaikan sebuah memoar perjalanan bersama mendiang Nuku Sulaiman saat acara Haul 20 Tahun (Alm) Nuku Sulaiman di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).
Rizal Ramli (RR) adalah sahabat dekat Nuku Sulaiman. Aktifis Pro-Demokrasi (Prodem) Yayasan Pijar (Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi). Nuku dikenal memiliki sikap keras, militan dan berani.
"Dia adalah man of action. Pikiran diterjemahkan menjadi tindakan berani dan spektakuler," ungkap Rizal Ramli.
Lanjut kisah, ada waktunya ketika rezim otoriter harus dihadapi dengan berani, tanpa basa-basi.
"Nggak pakai mutar-mutar langsung ke pokok persoalan," tandas Rizal.
Tagline Nuku “SDSB” : Soeharto Dalang Segala Masalah Bangsa"
Periode 1990-an dikenang sebagai masa gelombang pasang perlawanan terhadap Rezim Orde Baru (Orba).
Mahasiswa, intelektual, wartawan, buruh, petani hingga rakyat miskin kota mulai terorganisir secara organik di masing-masing front dan arena perjuangan.
Rezim otoriter yang telah berkuasa lebih dari dua dekade itu pun meresponnya dengan brutal. Aktivis makin banyak dipenjara, media dibredel hingga suksesi pimpinan partai politik dibonsai.
Tahun 1992, Rezim Orba mengeluarkan kebijakan Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Semacam lotere yang dibiayai pemerintah.
Yayasan Pijar menggelar aksi menolak kebijakan tersebut. Aksi digelar di Gedung MPR/DPR Jakarta.
Ratusan massa aksi hadir. Nuku Sulaiman, pimpinan Pijar saat itu sekaligus Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi, mengakronimkan SDSB menjadi Soeharto Dalang Segala Bencana. Ia mendapat hukuman penjara.
Rizal mengenang kala Nuku mengakronimkan judi SDSB menjadi Soeharto Dalang Segala Bencana.
"Ia membagi-bagikan stiker," ucap Rizal.
Desember 1993, Nuku Sulaiman ditangkap polisi. Ia divonis pengadilan 4 tahun hukuman penjara. Di penjara itulah Nuku menikah dengan Yayuk di Kapolsek Matraman.
"Saya jadi saksi perkawinan Nuku dan Yayuk. Mengharukan, yang diramaikan oleh banyak aktivis Pro-Demokrasi dan polisi," kata Rizal.
Setelah pernikahan tersebut, Nuku Sulaiman tak berubah. Ia tetap vokal dan kritis. Lepas dari hotel prodeo, Nuku bahkan semakin berani menjadi ujung tombak perubahan melawan rezim otoriter Orba.
Jalan Teguh Nuku Sulaiman
"Saya akan terus berjuang," kata Nuku Sulaiman ketika diwawancara Majalah Tempo seusai ia dibebaskan tahun 1998.
Syahdan, seusai gemuruh perlawanan Rezim Orde Baru berhasil menumbangkan Soeharto, Nuku Sulaiman sedang berada di bilangan Jakarta Pusat.
Ia baru saja bertemu dengan sejumlah teman. Salah seorang teman menitipkan amplop yang berisi sejumlah uang, konon nominalnya mencapai jutaan rupiah. Bukan uang sedikit, tentu saja.
Sementara itu di kantongnya tidak ada uang selembar pun. Akhirnya ia memutuskan pulang ke rumah ibundanya, yang berada wilayah Bekasi, dengan berjalan kaki. Kira-kira ia menempuh jarak sekitar 30 KM. Dan sekali lagi, itu ditempuh dengan berjalan kaki.
"Hei, Nuku!" kata Ibundanya, Halimah Fabanyo ketika melihat anaknya itu hitam legam dibakar panasnya matahari, tiba di depan pintu rumah.
"Kenapa kamu tidak pakai saja dulu uang yang ada di amplop (untuk naik taksi atau kendaraan umum). Nanti kita ganti, (kalau sudah sampai di rumah)," ucap sang ibunda.
Nuku hanya menggeleng. Ia minta dibelikan es campur kesukaannya.
"Ini bukan uang Nuku, Mak," kata Nuku kepada ibunya.
"Ini uang kawan-kawan. Uang organisasi," sambungnya.
Dan kini giliran Halimah Fabanyo menggeleng. Lantas meminta salah satu cucunya untuk segera membeli es campur tersebut.
Selasa, 18 Februari 2003, seusai Adzan Dzuhur berkumandang, Nuku Sulaiman meninggal dunia di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur.
Kenangan Itu Hidup
Sudah 20 tahun sosok legendaris aktivis perlawanan terhadap Rezim Orde Baru itu berpulang. Tapi kenangan terhadapnya akan selalu hidup.
"Nuku Sulaiman ialah kakak, teman, sahabat hingga mentor ideologis bagi kita semua. Ia merupakan manusia par excellence bagaimana perjuangan ialah pelaksanaan kata-kata," kata Rizal mengutip puisi Rendra.
Kenangan akan Nuku Sulaiman terpatri dalam benak semua orang yang mengenalnya. Baik kenangan tentang aktivisme, organisasi, hingga aktivitas sehari-hari di masa yang telah lewat.
Selain cita-cita bersama, yang membuat manusia lestari di jagat ini adalah kenangan dan ingatan tentang orang-orang terkasih. Demikian pula kenangan itu membekas dalam sanubari Rizal Ramli.
Legenda Nuku Sulaiman dan Kondisi Hari Ini
Rizal pada momen tersebut mengatakan, jika kondisi hari ini, demokrasi dipreteli dan dibalikkan kembali menjadi semi-otoriter.
Negara hukum diubah menjadi negara kekuasaan dan amburadul. KKN hari ini lebih masif dan meluas dari pusat sampai daerah-daerah.
"Nepotisme Jokowi lebih ganas dan brutal dibanding zaman Soeharto," ujarnya.
"Anak-anaknya tidak hanya menguasai banyak bisnis melalui mekanisme ‘dagang kekuasaan’ tapi juga menguasai jabatan-jabatan politik," tambah mantan Menko Kemaritiman tersebut.
"Orok-orok nepotisme itu mengkhianati cita-cita reformasi dan cita-cita good governance, semakin jauh dari cita-cita pemerintahan yang bersih dan amanah. Dalam konteks itulah perjuangan legendaris Nuku menjadi contoh perjuangan menegakkan kembali demokrasi dan keadilan untuk rakyat kita," tegas Rizal.
Rizal mengibaratkan semua karakter itu seperti gadget usang dan harus diganti dengan piranti baru agar cara kerja teknologi komunikasi alat pintar menjadi lebih cepat. Menghindari loading lambat berkepanjangan.
"Kalau gadget seperti handphone sudah lola (loading lama) ya harus diganti baru. Benar ndak, benar ndak? Yang sedang menjabat ini, kebanyakan lola. Kenapa? Rakyat sudah teriak-teriak barang kebutuhan pokok semakin mahal, ekonomi semakin sulit, hukum carut-marut, apakah mereka mendengar? Nggak kan? Karena sudah super lola, yo wis harus segera diganti baru, tidak ada pilihan," ungkap Rizal dalam forum Haul 20 Tahun (Alm) Nuku Sulaiman tersebut.(*)