KETIK, JAKARTA – Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli (RR) bertemu dengan Habib Rizieq Shihab (HRS) di Jakarta, Rabu (25/1/2023) siang.
Pertemuan dua sahabat lama tersebut berlangsung hangat dan cair. Keduanya saling berbincang terkait dinamika bangsa saat ini.
Rizal mengenal Habib sejak tahun 2000. Ia melihat sosok ulama tersebut konsisten memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam konteks Negara Pancasila.
"Kadang-kadang keras tapi damai," ungkap Rizal.
Rizal Ramli sendiri mengenal baik karakter Habib Rizieq. Pula, bagaimana sebenarnya Habib ingin menggalang persatuan umat demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namun, upaya-upaya Habib Rizieq mempersatukan umat tersebut mendapat sorotan tajam. Sehingga ia juga sempat masuk prodeo karena kasus kerumunan massa di Petamburan Jakarta dan Megamendung Bogor serta dugaan pidana menghalangi informasi swab di RS Ummi.
Rizal juga merupakan salah satu tokoh yang menandatangi piagam dari tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma untuk Habib Rizieq.
Piagam tersebut merupakan penghargaan atas perjuangan Habib Rizieq dalam menggalang persatuan umat demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dari cerita panjang pertemuan tersebut, Rizal Ramli dan Habib Rizieq ingin menegaskan bahwa dalam negara yang sejak awal mengakui Bhineka Tunggal Ika, perbedaan-perbedaan agama, suku dan warna kulit seharusnya sudah selesai demi tujuan keadilan, kemakmuran dan kedamaian rakyat dan bangsa.
"Perbedaan-perbedaan itu justru harus menjadi kekayaan dan ikatan kuat kebangsaan kita," tandas Rizal.
Namun, lanjutnya, selama ini ada elite kekuasaan bermain dengan isu-isu memojokkan agama dengan tujuan mengalihkan rakyat dari permasalahan riil yang tengah dihadapi oleh bangsa ini.
"Kami menyayangkan masih ada elite kekuasan yang terus menerus memojokkan agama, mengadu domba agama bahkan dengan menggunakan cara-cara berbayar untuk mempertahankan status quo yang tidak kompeten dan mengalihkan rakyat dari masalah-masalah riil yang dihadapi bangsa kita, terutama kesulitan ekonomi rakyat, hukum yang tidak adil, dan kecenderungan otoriter," jelasnya.
Mantan Menko Kemaritiman ini menambahkan, isu memojokkan agama secara sistematis dikembangkan terus dengan tujuan fokus masyarakat bisa beralih sehingga tidak meminta pertanggung jawaban di bidang ekonomi.
Karena masyarakat tidak akan lagi menanyakan kepada presiden atas kesanggupannya menciptakan lapangan kerja dan menciptakan kesejahteraan.
Padahal, pokok masalah adalah utang yang menggunung dan korupsi yang sudah menjadi budaya. Kedua masalah itu yang harusnya diselesaikan pemerintah saat ini.
Maka dari itu, Rizal Ramli dan Habib Rizieq mendesak agar upaya memojokkan agama dihentikan.
"Karena itu menyesatkan dan anti Pancasila. Kami juga menyerukan agar agama-agama di Indonesia bersama-sama berjuang untuk menegakkan keadilan dan kemakmuran untuk seluruh rakyat Indonesia. Mari kita gencarkan nilai-nilai kemanusian, keadilan dan kedamaian untuk mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia, rakyat yang cerdas dan makmur, serta memperjuangkan perdamaian dunia," harap Dr. Rizal Ramli.(*)