KETIK, MALANG – Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) kembali digelar. Kali ini Kota Malang menjadi tuan rumah festival yang telah diselenggarakan sebanyak 12 kali tersebut.
Tahun ini, BWCF merayakan pemikiran Prof. Edi Sedyawati, Arkeolog sekaligus mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1993-1998) yang telah berpulang pada 11 November 2022 lalu.
Founder BWCF, Seno Joko Suyono menjelaskan pemilihan Kota Malang didasari pada topik disertasi Prof. Edi Sedyawati yang berjudul Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian. Pasalnya arca-arca Ganesha dalam disertasi tersebut banyak ditemukan dari sekitar Malang, Kediri, dan Singosari.
"Disertasi Prof. Edi adalah tentang Malang, tentang arca-arca Ganesha pada periode Singhasari dan Kediri. Disertasi ini di kalangan lingkup studi Arkeologi sangat legendaris karena tingkatan mutu akademiknya sangat tinggi," ujarnya saat konferensi pers pada Selasa (21/11/2023).
BWCF 2023 diwarnai dengan kegiatan menarik, pada pra pembukaan yakni 23 November 2023 akan dilakukan pemutaran film garapan Nia Dinata berjudul Unearthing Muara Jambi di Gedung Heritage KPPN Malang. Di lokasi yang sama, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Dwi Cahyono turut hadir untuk mengulas Sejarah Gedung Heritage KPPN Malang.
Barulah kegiatan akan dibuka dan berlangsung pada 23-27 November 2023 di Universitas Negeri Malang (UM). Pada acara pembukaan, ditampilkan Pidato Kebudayaan dari Prof. Dr. Arlo Griffiths mengenai Prasasti Minto yang saat ini berada di Skitlandia.
"Kami sengaja berkolaborasi dengan UM karena Program Studi Ilmu Sejarah di UM ini sangat terkenal dengan studi arkeologinya. Arkeolog besar tercatat pernah mengajar di UM. Jadi kami merasa tepat sekali bisa bekerjasama dengan UM dan kami diperbolehkan untuk menggunakan beberapa fasilitas ruang yang dimiliki," terusnya.
Kegiatan tersebut akan menggunakan beberapa lokasi seperti di outdoor space, Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Sastra, termasuk Gedung Pasca Sarana. Selain pidato kebudayaan, BWCF 2023 juga menggelar Podium Sastra yang diikuti oleh 50 penyair, khususnya dari Jawa Timur. Bahkan sastrawan mahsyur yakni Sutardji Chalzoum Bachri juga hadir untuk membacakan sajak.
"Kami juga mengadakan diskusi yang bertemakan arkeologi ataupun sastra. Kemudian malamnya akan diisi dengan seni pertunjukan, salah satunya pertunjukan dari Ketut Rine pada 24 November 2023 malam. Ketut Rine itu koreografer yang sangat terkenal di Bali. Dia terkenal karena mengembangkan kreasi tarian Cak," tandas Seno.(*)