KETIK, PACITAN – Bupati Pacitan, Jawa Timur menyatakan Kirab Rawat Jagat 2023 kali ini merupakan bentuk ekspresi rasa syukur, ajakan merawat bumi, media sosialisasi, menyatukan religi dan budaya, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan laju ekonomi.
Hal tersebut disampaikan Bupati Pacitan Indrata Nurbayuaji dalam Kirab Rawat Jagat #2 di Panggung Utama, Barat Bundaran Penceng Pacitan Sabtu (28/7/2023), pun menandai tengah sampainya dipertengahan acara tersebut.
"Ini menjadi salah satu wadah dalam mengekspresikan rasa syukur doa dan harapan terutama sebagai ajakan bersama merawat bumi ini. Kedua, menjadikan media sosialisasi tentang potensi kerawanan bencana sebagai salah satu bentuk kewaspadaan bencana pada saat ini," jelas Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
Bupati Aji melanjutkan, hal tersebut termasuk dalam rangka membangun kesepakatan bersama, bahwa religi dan budaya harus menjadi elemen penting dalam proses pembangunan kesejahteraan masyarakat.
Tak lupa, kata Aji, doa dan harapan jadi hal wajib agar acara ini mampu menarik para pengunjung datang, sehingga ekonomi masyarakat kian meningkat hingga terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan bahagia.
"Ketika kita selalu merawat bumi maupun (merawat jagat), Inshallah jagat akan merawat Pacitan," ucapnya.
Para penonton menyerbu tumpeng hingga tak tersisa, dalam rangkaian acara ngalap berkah hasil bumi. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Oleh karena itu melalui pelaksanaan festival tersebut, diklaim sebagai ajang gotong royong merawat bumi, demi memajukan daerah melalui sektor kebudayaannya dan kesenian. Pun tidak meninggalkan nilai nilai keagamaan
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Perfilman, Musik dan Media Dirjen Kemendikbud ristek RI, Ahmad Mahendra mengapresiasi Festival Rawat Jagat dan aneka ragam budaya dan kesenian yang ditampilkan.
"Ini luar biasa serasa ingin pindah ke Pacitan, kalau nanti saya pensiun bapak ibuk," ucapnya ke penonton.
Di samping itu, Mahendra berjanji akan tetap mendukung pawai kebudayaan ini untuk ditahun depan bakal digarap serius agar semakin menarik.
"Saya mendukung pawai ini, dan tahun depan akan kita buat yang lebih keren lagi," imbuhnya.
Mengawali kegiatan, kirab dilakukan dengan berjalan dari pendopo kabupaten diiringi dengan Tari Kethek Ogleng, dilanjutkan dengan penancapan bendera panji setiap kecamatan, kemudian disusul pentas tari eklek dan flashmob.
Upacara kiraban telah selesai, ditutup dengan ngalap berkah hasil bumi, yakni tumpeng yang berisikan sayuran dan buah yang telah diangkut puluhan pemuda. Selanjutnya di bagikan pada masyarakat, namun laiknya lomba, tumpeng bakal serbu masyarakat untuk berebut hasil bumi tersebut.
Seluruh peserta festival, tampak mengenakan pakaian sesuai tema penampilan masing-masing, seperti khas jawa timur, sumatra hingga pakaian dari daur ulang sampah. Dengan digelarnya festival tersebut, diharapkan Kabupaten Pacitan aman, damai, sejahtera, buminya subur, dan dijauhkan dari bencana alam.
Sebagai informasi, beberapa rangkaian festival tersebut pada malam hari didominasi acara konser musik, diantaranya, Break Ishoma feat Metro Music Indonesia Perkusi Blandong Ori (Pacitan) Rampak Kendang Ngesti Laras (Pacitan), Viasa Dewa, feat. Bangun Budaya (Magelang), feat. Kemlaka Etnik (Boyolali) Sanggar Budaya Al-Farabi (Sulawesi), Perkusi Tirta Nirmala (Pacitan), feat. Gamelan Sawunggaling (Surabaya) Thethek Melek (Pacitan), feat. Gondrong Gunarto (Solo), Jogja Hip Hop Foundation. (*)