KETIK, PACITAN – Kelangkaan pupuk subsidi di Pacitan, Jawa Timur, membuat para petani gusar. Pasalnya, pupuk dinilai sangat penting untuk memacu pertumbuhan tanaman.
Namun, hal ini membuat salah satu petani di Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, bernama Suwito tak kehabisan akal. Ia beralih menggunakan alternatif lain, yakni kotoran kambing.
"Ketimbang ngeyel minta tambahan, mending beli srintil (kotoran kambing)," ujar Suwito kepada ketik.co.id, Sabtu (24/2/2024).
Suwito mengatakan bahwa pupuk subsidi sudah langka sejak beberapa bulan terakhir. Terlebih jatah satu sak yang didapatkannya di kios pupuk setempat, dirasa jauh dari kata cukup.
"Tidak tahu sebabnya apa. Pupuk subsidi di sini sudah langka beberapa bulan ini," ungkapnya singkat sambil memupuk tanaman.
Suwito dengan tlaten menabur pupuk ke tanaman sayur, sebelum beralih ke lahan persawahan miliknya. (Foto: Al Ahmadi/ketik.co.id)
Sebagai solusi, ayah dua anak itu menggunakan kotoran kambing untuk menyuburkan tanamannya. Ia membeli kotoran kambing seharga Rp140 ribu per lima sak ukuran 25 kilo.
"Kalau punya ternak, ya ngga perlu beli," sambung Wito sapaan akrabnya.
Menurutnya, kotoran kambing merupakan pupuk organik yang kaya akan unsur hara dan dapat membantu pertumbuhan tanaman. Meskipun cenderung lebih signifikan pupuk non-organik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman.
"Kotoran kambing ini saya gunakan sebagai pupuk organik. Harganya juga lebih murah, dan tentunya mudah didapat," terangnya
Ia mengaku, penggunaan kotoran kambing sebagai pupuk tetap dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan. Ternyata, tanaman miliknya juga tumbuh subur dan hasil panennya kurang lebih serupa.
"Alhamdulillah, kalau tanaman tetep tumbuh subur setelah menggunakan pupuk kandang. Hasil panen kurang lebih sama," ungkapnya.
Bahan pupuk organik alternatif ini, berlaku juga bagi kotoran hewan ternak lainnya, seperti sapi, ayam hingga kelinci. Namun, petani tetap berharap, terkait adanya kelangkaan pupuk subsidi yang perlu segera diatasi oleh pihak terkait.
"Ya harapannya stok dapat segera ada, sehingga petani dapat kembali menggunakan pupuk sesuai dengan kebutuhan," pungkas Petani asal Kecamatan Kebonagung, Suwito. (*)