KETIK, SURABAYA – Aksi tim nasional Jerman dalam perfotoan sebelum kalah 1-2 di pertandingan lawan Jepang pada laga pertama mereka di fase grup E Rabu malam (23/11) jadi perbincangan hangat di tengah Piala Dunia 2022 Qatar. Saat itu, Thomas Muller dkk kompak berpose menutup mulut dengan tangan kanan.
Pose tersebut merupakan bentuk protes para pemain Jerman atas keputusan FIFA yang melarang para kapten tim di Piala Dunia kali ini mengenakan ban kapten berwarna pelangi sebagai simbol dukungan pada gerakan 'One Love'. Itu merupakan kampanye kesetaraan dan anti diskriminasi yang juga termasuk mendukung komunitas LGBT.
Seperti diketahui, kaum LGBT maupun dukungan terhadap hal itu terlarang di negara Qatar. Ada ancaman hukuman tiga tahun penjara bagi siapapun yang melanggarnya di negara tersebut.
Awalnya, para kapten dari tujuh tim nasional negara Eropa berniat mengenakan ban kapten 'OneLove' berwarna pelangi di Piala Dunia Qatar ini. Tujuh negara tersebut adalah Inggris, Belanda, Belgia, Denmark, Jerman, Swiss, dan Wales.
Namun, di hari kedua Piala Dunia ini berlangsung (21/11) FIFA tiba-tiba mengambil keputusan lebih keras dan tegas. FIFA mengumumkan akan menjatuhkan hukuman kartu kuning bagi para kapten yang berkeras mengenakan ban kapten yang menggambarkan dukungan kepada kaum LGBT itu selama Piala Dunia kali ini.
Menanggapi hal itu, tujuh Federasi Sepak Bola dari negara Eropa tersebut akhirnya sepakat mengurungkan niat mereka. Keputusan pembatalan gerakan ini disampaikan lewat pernyataan resmi gabungan dari Federasi Sepak Bola negara-negara Eropa itu.
"Sebagai Federasi Nasional, kami tidak bisa menempatkan pemain-pemain kami dalam situasi mendapat kartu kuning akibat mengenakan ban kapten tersebut. Untuk itu, kami telah meminta kapten tim kami untuk tidak melakukannya," tulis Federasi negara-negara Eropa dalam keterangan resmi dilansir Daily Mail.
"Sebenarnya kami sangat ingin menggunakannya. Pasti akan ada sanksi denda dan kami siap untuk membayarnya. Namun, ketika sanksi itu berupa bagian dari pertandingan kami memilih untuk mempertimbangkannya lagi. Kami akan mencoba mencari cara-cara lain untuk menunjukkan dukungan kepada gerakan itu," ucap Mark Bullingham, CEO Federasi Sepak Bola Inggris (FA) dilansir BBC saat itu. (*)