KETIK, MALANG – Cepatnya pertumbuhan teknologi berhasil mengubah pola interaksi dan penerimaan informasi atas masyarakat. Kepala Program Studi (Prodi) Magister Administrasi Publik (MAP) Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Prof. Agus Sholahuddin menjelaskan pentingnya intemeso bagi pemerintah dalam penyampaian informasi.
Menurutnya, informasi yang kuat, menarik, meskipun belum dipastikan kebenarannya, lebih mudah menyebar ke masyarakat. Untuk itu, diperlukan strategi komunikasi yang baik supaya kebenaran informasi dapat mengonter berita hoax yang tersebar.
"Pemerintah perlu menyampaikan informasi dengan baik, dikembangkan secara luas, dan dikemas dengan menarik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kalau polosan, tidak bakal dibaca walaupun itu benar. Sehingga harus dikemas supaya psikologi masyarakat akan menganggap itu menarik," ujar Prof. Agus, Selasa (10/10/2023).
Menurutnya, diperlukan seorang komunikator di instansi pemerintah untuk dapat mengemas informasi yang sudah pasti kebenarannya. Penyebaran informasi tersebut diharapkan mampu menangkal berita hoax yang beredar. Selain itu, informasi penting yang disampaikan pemerintah dapat lebih mudah diterima masyarakat.
"Menurut saya perlu ada komunikator yang bisa mengemas sehingga apa yang disampaikan itu menarik minat masyarakat. Tapi kalau polosan seperti mengeluarkan edaran, dan lainnya, itu tidak begitu menarik bagi masyarakat umum," sambungnya.
Oleh karenanya, penting memunculkan intermeso dalam setiap penyampaian informasi. Terutama apabila informasi tersebut memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Dalam hal ini, lembaga kehumasan dapat mengambil peran dalam mengemas informasi supaya efektif disampaikan tanpa menghilangkan substansi.
"Harus ada intermeso di tengah informasi. Di sini lah oeran media sosial atau kehumasan untuk mengemas, sehingga informasi yang disampaikan tetap efektif dan substantif. Kalau seperti itu biasanya masyarakat akan membuka, mengerti, memahami, dan punya sikap. Perilaku apa yang sesuai dan apa yang sebaiknya diambil," tambahnya.
Guru Besar bidang Filsafat Ilmu dan Kebijakan Publik tersebut berpesan supaya masyarakat juga dapat mengecek ulang informasi yang diterima. Jika informasi belum terbukti benar atau tidak memiliki manfaat yang jelas, maka sebaiknya tidak dibagikan untuk menghindari kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.
"Pengguna media sosial perlu menyaring informasi yang diterima itu benar atau tidak, bermanfaat atau tidak. Jika bermanfaat ya silakan disebarkan, tapi jika tidak, untuk apa. Jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain, apalagi jika sampai ada korban atas hal yang tidak benar," sebutnya.
Dalam menggempur informasi plasu, penting bagi masyarakat memiliki kemampuan memfilter dan memverifikasi sebelum menyebarkannya lebih lanjut. Prof. Agus menekankan pentingnya berpikir kritis dan tidak terjebak oleh informasi yang belum tentu benar atau hoax.
"Masyarakat harus cerdas juga. Dinikmati saja sambil berfikir itu benar atau hoax. Kita harus punya filter, check and recheck, saring sebelum sharing, ini harus diterapkan. Kalau membingungkan, belum jelas, ya tidak usah dishare," serunya.(*)