KETIK, SURABAYA – Jawa Timur terus mempertahankan predikat sebagai provinsi dengan produktivitas tebu dan gula tertinggi nasional.
Hal tersebut sesuai dengan instruksi dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bahwa peningkatan produksi ini diharapkan dapat menjadi modal bagi Indonesia mewujudkan swasembada gula, dan Jawa Timur sebagai barometer gula nasional.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Jawa Timur tahun 2022 sejumlah 1.191.976 ton. Sedangkan kebutuhan nasional mencapai 2.405.907 ton. Produksi gula di Jawa Timur mencukupi kebutuhan produksi nasional 49,55 persen.
Produksi tebu Jawa Timur di tahun 2022 mencapai 17.362.620 ton dan produksi gula di tahun 2022 mencapai 1,192.034 ton. Sedanglan produktivitas lahan petani tahun 2022 mencapai 5,46 ton per hektar.
Di tahun 2022 luas area Jawa Timur tercatat 218.193 hektar hal tersebut berhasil menghasilkan tebu 17.390.390 ton dan hasil gula kristal putihp 1.192.034 ton.
Produktivitas tebu dan gula terus naik karena adanya pertumbuhan lahan dari tahun 2021 Jatim sebesar 193.515 hektar untuk produksi gula 1.087.415 mencapai dan meningkat di tahun 2022 sejumlah 218.373 hektar dan produksi gula mencapai 1.191.976 ton.
Dinas Perkebunan Jatim mencatat, setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi tebu. Pada tahun 2020 sebanyak 13,8 juta ton dengan rendemen sebanyak 7,14,. Sementara pada tahun 2021 sebanyak 14,7 juta ton atau dengan rendemen sebanyak 7,35. Pada tahun 2022 sebanyak 17,3 juta dengan rendemen 6,86.
Saptarijani Puspitadjati, Subkoordinator Seksi Budidaya, Penanganan Panen dan Pasca Panen Tanaman Tebu Dinas Perkebunan Jawa Timur mengatakan bahwa produksi tebu di tahun 2022 meningkat karena cuaca yang cocok dengan tanaman tebu.
"Produksi di tahun 2022 itu meningkat karena iklimnya basah dan produktivitasnya meningkat otomatis produktivitas tebu meningkat. Kalau untuk 2023 ini memang rendemen atau produktivitas tebunya bisa meningkat insyaAllah meningkat," paparnya pada Ketik.co.id Senin, (26/6/2023).
Ririn sapaan akrab Saptarijani menjelaskan memang kontribusi terbesar nasional berada di Jatim dan daerah yang produksi tebunya cukup tinggi adalah Malang, Kediri dan Lumajang.
"Mengenai produksi gula lebih banyak BUMN, cuman kalau per PGnya cuma karena jumlah aja sih sebenarnya," ujarnya.
Peningkatan produktivitas tebu di Jawa Timur juga karena keberhasilan Dinas Perkebunan Jawa Timur, yakni dengan program Timbangan Tebu.
Program Timbangan Tebu adalah Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu. I
Inovasi Timbangan Tebu tersebut, diimplementasikan dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan antara lain Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Heru Suseno bahwa pentingnya sinergitas antara stakeholder untuk meningkatkan produktivitas tebu di Jatim. "Inovasi ini mensinergikan masing-masing peran dari setiap pemangku kebijakan," papar Heru.
Tak hanya itu, Dinas Perkebunan Jatim juga melakukan monitoring ke Pabrik Gula, Dinas Perkebunan Prov. Jatim untuk memberikan edukasi kepada petani tebu. Berupa Pelatihan Budidaya Tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practice (GAP) bekerjasama denhan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
"Di mana program ini juga mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula (PG) menjadi 6 klaster antara lain Klaster Madiun, Klaster Mojokerto, Klaster Malang, Klaster Kediri, Klaster Probolinggo, dan Klaster Situbondo," imbuhnya.
Menurut Heru dengan pendekatan klasterisasi PG diharapkan lalu lintas pengiriman tebu dapat lebih efektif dan efisien. Harapannya tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan tebu sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS). (*)