KETIK, PACITAN – Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, kini melayani segala usia.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, Nunuk Irawati, mengatakan, bahwa hal ini mengacu pada program Kementerian Kesehatan terkait Integrasi Layanan Primer (ILP).
Bahwa, ke depan akan menjadikan Posyandu sebagai tempat menekan semua siklus hidup manusia, mulai dari angka kematian ibu dan bayi, bayi baru lahir, balita, remaja, dewasa hingga lansia.
"Jadi Posyandu itu sekarang bukan hanya miliknya balita saja, tapi milik semua usia," jelas Nunuk, Kamis (2/5/2024).
Nunuk menambahkan bahwa dengan adanya integrasi ini, setiap masyarakat akan didata dan diperiksa kesehatannya secara berkala. Masyarakat dapat datang untuk melakukan pencatatan dan cek kesehatan untuk deteksi dini.
"Kan kita tahu yang selalu dicek bulanan itu hanya balita dan lansia, padahal remaja dan dewasa juga sama-sama berisiko. Seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi. Sekarang minimal sekali dalam setahun warga harus pernah datang ke Posyandu. Jadi mereka akan dilayani general check-up di Posyandu untuk deteksi dini itu tanpa dipungut biaya," ungkap Nunuk kepada Ketik.co.id.
Menurutnya, pemerintah saat ini tengah mendorong ke arah preventif atau pencegahan, guna meminimalisir warga melakukan pengobatan karena sudah terlanjur sakit.
"Sebelumnya kan kader posyandu hanya bisa menimbang bayi, selanjutnya kita akan latih dengan 25 kompetensi kader untuk diajarkan mendiagnosa seperti resiko kejiwaan, diabetes, NAPZA dan lainnya," papar Nunuk.
Setelah terdeteksi, bila perlu penanganan lebih lanjut, nantinya warga akan dirujuk ke Puskesmas Pembantu di masing-masing desa.
Sementara, Dinas Kesehatan Pacitan tengah menyiapkan intergrasi layanan primer ini di 12 puskesmas hingga bulan Juni. Target total di 24 puskesmas, akan dilakukan maksimal akhir tahun 2024.
Saat ini, pihaknya tengah melatih lima ribuan kader posyandu yang tersebar di wilayah.
Integrasi layanan ini, diharapkan Posyandu dapat menjadi pusat pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di Pacitan.
"Jadi nanti bakal kelihatan dari datanya, misalnya di desa ini ada resiko diabetes sekian. Intinya adalah untuk mendekatkan pelayanan dan pencegahan untuk mengurangi pengobatan yang dilakukan warga," pungkas Kabid Nunuk. (*)