KETIK, SURABAYA – Otoritas jasa keuangan (OJK) mencatat sektor jasa keuangan yang terjaga stabil didukung oleh tingkat permodalan kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global.
Kinerja perekonomian global secara umum melemah dengan inflasi termoderasi secara broad-based. Sejalan dengan pelemahan pasar tenaga kerja dan penurunan inflasi AS, pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakan (FFR) sebanyak 2-3 kali di tahun 2024.
Sementara itu di pasar Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) menahan suku bunga kebijakan pada pertemuan Juli 2024. Karena indikator perekonomian terus melemah, pasar mengekspektasikan ECB akan menurunkan suku bunga sebanyak 2 kali lagi hingga akhir tahun 2024.
"Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi Triwulan 2 2024 melambat didorong lemahnya permintaan domestik, yang diindikasikan oleh penurunan inflasi dan harga properti," kata Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, Aman Santosa, Kamis (8/8/2024).
Lebih lanjut, saat ini tekanan geopolitik yang tengah meningkat di Amerika Serikat jelang pemilu, serta perkembangan terkini di Timur-Tengah dan Ukraina.
Di sisi lain, secara umum tekanan di pasar keuangan global menurun. Ekspektasi The Fed segera menurunkan FFR telah mendorong penurunan yield USD dan pelemahan dollar index.
"Hal ini mendorong mulai terjadinya aliran masuk modal (inflow) ke negara emerging markets, termasuk Indonesia," tambahnya.
Untuk pasar domestik sektor ekonomi masih terjaga, hal ini terlihat dari nilai inflasi yang masih terjaga dan neraca perdagangan yang mengalami surplus. Namun demikian, perlu dicermati berlanjutnya tren penurunan harga komoditas yang telah menekan kinerja ekspor.
"Sekarang harga komoditas banyak yang turun, sehingga nilai ekspor kita mengalami moderasi, walaupun neraca perdagangan surplus," pungkasnya.(*)