KETIK, SURABAYA – Berbicara mengenai pariwisata Indonesia tentu tidak lepas dari pulau Dewata Bali yang menjadi primadona tujuan wisata, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Namun akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia membuat pariwisata Bali terpuruk. Hal ini pun membuat perekonomian Bali jatuh sehingga masyarakatnya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Berangkat dari hal tersebut, Jaringan Wisata Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bank Indonesia dan Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Bali menggelar webinar bertema UMKM Pendukung Pariwisata.
Acara ini diselenggarakan untuk kembali membangkitkan perekonomian Bali yang masih belum pulih sepenuhnya akibat pandemi Covid-19.
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, hingga saat ini ekonomi Bali belum kembali sepenuhnya seperti saat sebelum pandemi. Bahkan pada tahun 2022 saja perekonomian Bali hanya bertumbuh sebesar 4,84 persen (yoy).
"Walaupun saat ini kegiatan masyarakat bisa dibilang sudah kembali normal, namun kondisi ekonomi Bali masih belum sepenuhnya bangkit. Bahkan angka inflasi di Bali masih cukup tinggi sebesar 5,46 persen jauh di atas angka inflasi nasional yang hanya sebesar 4,96 persen," jelas Trisno Nugroho.
Hal serupa juga diutarakan oleh Wakil Ketua Jaringan Wisata Muhammadiyah Ismoyo Sugiarto Soemarlan. Menurutnya perlu sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, skateholder dan pelaku UMKM dalam membenahi pariwisata Bali.
Wakil Ketua Jaringan Wisata Muhammadiyah, Sabtu (15/4/2023). (Foto: tangkapan layar via Zoom)
Apalagi ekonomi Bali yang 76 persen bergantung dari pariwisata perlu segera dibenahi agar perekonomian masyarakatnya dapat segera bangkit.
"Salah satu strategi untuk membenahi pariwisata Bali adalah dengan menjalin kerja sama antara pelaku pariwisata dengan UMKM. Hal ini sangat penting karena antara pariwisata dan UMKM ini dapat saling mendukung. Pariwisata menjual jasanya sedangkan UMKM menjual oleh oleh," terang Ismoyo.
Ismoyo menambahkan saat ini masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk membenahi UMKM di Bali salah satunya tentu saja faktor permodalan, pendampingan dan pengembangan pasar.
" Banyak tantangan yang harus kita hadapi dalam memajukan UMKM di Bali seperti permodalan dan juga pengembangan pasar. Pengembangan pasar ini seperti proses digitalisasi. Digitalisasi ini sangat penting agar UMKM dapat menjaring konsumen yang lebih banyak," pungkas Ismoyo.(*)