KETIK, PALEMBANG – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di beberapa daerah di provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menghadirkan sosok perempuan yang turut meramaikan kompetisi politik. Kehadiran mereka mewarnai pagelaran pesta politik yang digelar setiap lima tahun sekali itu.
Di tingkat provinsi, dua srikandi maju sebagai calon Wakil Gubernur Sumsel, yakni Anita Noeringhati yang dipasangkan dengan Mawardi Yahya, dan Riezky Aprilia yang dipasangkan dengan Eddy Santana Putra.
Untuk di tingkat kabupaten/kota, beberapa nama tokoh perempuan maju sebagai calon kepala daerah, seperti Ratna Machmud dari Musi Rawas, Lucianty dari Musi Banyuasin, Lidyawati dari Lahat, Fitrianti Agustinda dari Kota Palembang, dan Ngesti Rahayu dari Kota Prabumulih.
Sedangkan untuk di posisi calon wakil kepala daerah tingkat kabupaten/kota, nama-nama srikandi yang maju di antaranya Netta Indian di Banyuasin, Yenni Elita Sofyan Sani di Ogan Komering Ulu (OKU), Shinta Paramitha dan Lia Anggraini di Muara Enim, serta Nandriani Octarina di Kota Palembang.
Kehadiran sosok perempuan di dunia politik menuai sejumlah tanggapan dari kalangan pengamat, salah satunya pengamat politik dari Universitas Sriwijaya, M Haekal Al-Haffafah. Menurutnya, kehadiran perempuan dalam politik sangat krusial.
Haekal mengatakan, perempuan memiliki sudut pandang berbeda dari kebanyakan laki-laki ketika memandang suatu permasalahan di daerah. Kebanyakan, perempuan memandang sebuah masalah secara luas.
Sehingga, saat proses pengambilan keputusan, perempuan akan banyak mengamati dari banyak sisi sebelum akhirnya menentukan kebijakan. Hal ini berlaku di seluruh cabang permasalahan, khususnya yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat seperti pendidikan dan kesehatan.
"Ketika perempuan masuk ke ranah politik, khususnya sebagai pemimpin daerah, mereka membawa perspektif unik yang lebih berfokus pada masalah sosial yang berdampak langsung pada masyarakat, misalnya pendidikan anak, kesehatan ibu dan anak, serta pemberdayaan ekonomi keluarga," jelasnya, Senin 14 Oktober 2024.
Haekal menambahkan, perempuan juga punya sudut pandang unik sebagai seorang ibu bagi daerahnya. Anggapan bahwa masyarakat adalah sanak keluarga adalah hal yang lumrah bagi perempuan.
Mereka, para perempuan, akan menggunakan sosok keibuannya dalam menyikapi beragam problematika di daerah. Perspektif itu membuat kehadiran srikandi di dunia politik sangat diperlukan untuk menyeimbangkan kebijakan dan program-program daerah.
Dia mengatakan, kehadiran perempuan di Pilkada 2024 diharapkan bisa memberikan perubahan dalam cara pengambilan kebijakan serta program yang dilaksanakan– tidak hanya menekankan efisiensi, tetapi juga sisi kemanusiaan.
"Mereka bisa jadi inspirasi bagi srikandi lainnya bahwa perempuan memiliki tempat dan peran penting dalam politik, serta perempuan juga bisa terlibat dalam pengambilan keputusan," tutupnya.(*)