KETIK, SURABAYA – Viralnya program besutan Ruangguru yaitu Clash of Champions (CoC), program ini adalah sebuah game show yang mempertemukan mahasiswa-mahasiswa berprestasi Indonesia, baik yang sedang menempuh pendidikan di dalam, maupun di luar negeri.
Pakar Sosiologi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair, Dr Tuti Budirahayu Dra MSi menjelaskan tayangan tersebut merupakan bagian dari strategi bisnis dan pemasaran layanan kepada masyarakat melalui tim kreatif.
“Dengan cara ini, maka Ruangguru sebagai sebuah bisnis pendidikan akan semakin dikenal dan dicari masyarakat yang menginginkan anak-anak mereka memiliki kemampuan sekaliber para peserta CoC,” terangnya.
Tuti menambahkan acara CoC ini menyimpan dualisme manfaat. Manfaat itu, bisa diklasifikasikan tergantung kalangan mana saja yang mengonsumsi acara tersebut.
Jika ditelusuri, lanjutnya, yang mendapat manfaat langsung adalah para mahasiswa yang berotak cemerlang dari universitas bergengsi yang diundang dalam acara tersebut.
“Dikatakan mendapat manfaat secara langsung, pasti nama mereka akan tambah semakin dikenal. Yang sebelumnya mereka memang sudah terkenal sebagai mahasiswa unggul dan ini menjadi tambahan modal bagi mereka untuk jenjang karir yang lebih tinggi,” papar Tuti.
Bagi mahasiswa dengan kemampuan kognitif pada bidang Matematika atau ilmu eksakta lainnya, acara ini akan sangat bermanfaat.
Sebaliknya, mahasiswa dengan minat dan bidang studi sosial humaniora bisa dibilang belum mendapatkan manfaat secara langsung dari acara tersebut.
“Masyarakat yang memiliki minat dalam bidang kognitif akan termotivasi, namun bagi mahasiswa yang memiliki talenta berbeda seperti di bidang seni, sastra, dan ilmu-ilmu sosial humaniora mungkin belum bisa merasakan manfaat secara langsung,” tutur Tuti.
Tuti mengatakan ide game CoC patut diapresiasi. Selain penyelenggara, peserta yang memiliki latar belakang berbeda dengan berbagai keunikan dan keunggulan juga patut dihargai.
Kendati demikian, menurut Tuti penyelenggara harus memperhatikan keberagaman mahasiswa yang terlibat.
“Acara itu menurut saya baik dan mengapresiasi para mahasiswa bertalenta. Namun, para pembuat acara itu sebaiknya dapat lebih memperhatikan keberagaman mahasiswa. Jangan sampai, nantinya malah membuat para peserta semakin menjadi kelompok mahasiswa elite dan eksklusif yang merasa lebih baik dan pintar dari teman-teman mahasiswa lainnya,” pesan Tuti.
Tuti menambahkan, hal itu dikarenakan tugas mahasiswa selain mengembangkan ilmu pengetahuan, juga harus mampu bersikap kritis terhadap berbagai persoalan yang membelit masyarakat. (*)