KETIK, BANDUNG – Di era serba cepat, banyak pengusaha kuliner yang memilih untuk menggunakan bahan-bahan instan dalam produknya.
Namun, bagi owner Bakmie Parahyangan Sukajadi, Surya Wijaya, bahan alami, lokal, dan diolah langsung dengan tangan masih menjadi pilihan utama untuk produknya.
"Kita membuat mi sendiri dengan tangan atau hand made. Jadi bisa terjamin kualitasnya. Selain itu, bahan baku yang digunakan juga semuanya lokal dan kita beli di pasar sekitar sini," ungkap Surya saat ditemui Ketik.co.id.
Selama itu pula bahan terbaik disajikan untuk Bakmie Parahyangan. Meski Bakmie Parahyangan merupakan cabang dari bakmie yang ada di Jalan Dalem Kaum, tapi cita rasanya tetap terjaga.
"Kita kerja sama dengan Bakmie Parahyangan yang di Jalan Dalem Kaum. Kita juga sudah buka di rest area KM 97. Ini sudah berjalan 10 tahun," ujarnya.
Selain mi, menu andalan lainnya ada nasi goreng, capcay, ayam bawang, steak, fuyunghai, dan bakso.
Berada di Jalan Sukajadi No. 211, karyawan di sana tidak lebih dari 10 orang. Tujuannya agar lebih efisien dan efektif saja.
Owner Bakmie Parahyangan Sukajadi, Surya Wijaya.(Iwa/Ketik.co.id)
"Namun, semua disesuaikan juga dengan lokasi masing-masing. Kalau yang di Jalan Dalem Kaum itu jumlahnya beda lagi. Di rest area KM 97 juga jumlah karyawannya berbeda," tukas Surya.
Mereka juga kerap menambahkan menu baru. Misalnya dari mi, dibuat variasi mi hot plate. Olahan ikan pun dibuat variasi lainnya. Tidak lupa juga dengan olahan petai.
"Sebetulnya isinya macam-macam. Tapi memang trennya bakmie. Untuk rapat atau ulang tahun biasanya kita kerap memberi potongan harga. Tempat ini juga nyaman untuk digunakan kumpul-kumpul," tuturnya.
Untuk harga, relatif sama dengan yang lainnya. Cukup terjangkau dan umum. Meski begitu, untuk kualitasnya tetap mereka jaga.
Saat awal pandemi, Bakmie Parahyangan sempat tutup. Kemudian, ketika sudah mulai kondusif, untuk bisa bangkit hingga pulih membutuh waktu yang cukup lama.
"Kita juga masih banyak ketakutan untuk buka seperti sebelumnya. Maka dari itu kita manfaatkan media online untuk berjualan. Selama awal pandemi pemasukan kami kebanyakan dari pesan antar makanan lewat aplikasi," jelasnya.
Ia berharap, dengan landainya pandemi saat ini, semakin banyak orang yang membuka usaha kuliner. Ini menunjukkan perekonomian Kota Bandung kembali menggeliat.
"Saya gembira jika banyak usaha kuliner di Kota Bandung. Ini pertanda jika semakin banyak orang yang datang berkunjung ke Bandung. Bisa meningkatkan perekonomian Kota Bandung," imbuhnya.
Salah satu pengunjung, Rosa mengatakan, jika tekstur bakmie di sana sangat pas dengan seleranya.
"Mienya tidak besar, tidak kecil juga, pas. Kalau dimakan tanpa kuah juga enak. Kuahnya gurih meski tidak banyak bumbu," tutur Rosa.(*)