KETIK, SURABAYA – Dari 36 orang yang tewas dalam pembantaian massal di Thailand, sekitar 24 orang di antaranya merupakan anak-anak. Otoritas setempat menyebut anak-anak itu sedang tertidur di salah satu ruangan di tempat penitipan anak itu saat penyerangan brutal dengan senjata api dan pisau terjadi pada Kamis (6/10) waktu setempat.
Seperti dilansir Reuters dan CNN, Jumat (7/10/2022), anak-anak itu tewas di tangan seorang mantan polisi, yang diidentifikasi sebagai Panya Khamrapm. Pelaku dipecat dari kepolisian tahun lalu karena menggunakan narkoba dan baru saja menghadiri persidangan kasusnya beberapa saat sebelum serangan terjadi.
Dalam tindak penyerangan pada Kamis (6/10) waktu setempat, sejumlah saksi mata menuturkan pelaku tiba-tiba masuk ke dalam tempat penitipan anak lalu mulai menembaki dan menikam orang-orang di dalamnya. Sedikitnya 36 orang tewas, termasuk 24 anak-anak.
Usai beraksi di tempat penitipan anak di distrik Uthaisawan Na Klang, Provinsi Nong Bua Lamphu itu, pelaku pulang ke rumahnya lalu membunuh istri dan anaknya sendiri sebelum menembak dirinya hingga tewas.
Para petugas penyelamat sebelumnya mengevakuasi jenazah korban ke kantor polisi setempat dan menempatkannya di dalam peti-peti mati, dengan staf-staf medis berdiri di samping peti dan keluarga korban menangisi kematian anggota keluarga tercinta mereka.
"Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Ini pemandangan yang tidak ingin dilihat siapapun. Ini mengerikan," sebut Piyalak Kingkaew yang memimpin tim penyelamat yang pertama tiba di lokasi kejadian.
Tim yang dipimpin Piyalak membagikan sejumlah foto kepada Reuters yang menunjukkan situasi mengerikan di tempat penitipan anak itu, dengan jenazah anak-anak tergeletak di atas selimut.
Salah satu anak yang terlihat memakai kaos Manchester United tampak terbaring di atas bed cover bergambar Winnie the Pooh di dalam ruangan yang dindingnya dipenuhi dekorasi kartun binatang.
"Kami terbiasa melihat banyak jenazah, kami pernah mengalaminya, tapi insiden ini yang paling mengerikan. Mereka adalah anak-anak kecil yang sedang tertidur," ucap Piyalak.
Juru bicara kepolisian setempat, Mayor Jenderal Paisan Luesomboon, menuturkan kepada CNN bahwa pelaku awalnya mencari putra tirinya yang berusia 2 tahun yang biasanya dititipkan di tempat penitipan anak itu. Namun putra tiri pelaku tidak ada di sana saat itu.
"Pelaku mencari putranya yang berusia dua tahun, tapi bocah itu tidak ada di sana, jadi dia mulai menembak dan menikam orang-orang di tempat penitipan anak itu," sebut Paisan.
"Pelaku berhasil masuk ke dalam sebuah ruangan di mana 24 anak sedang tidur bersama," tuturnya. "Dia juga menggunakan pisau untuk menikam anak-anak dan para staf di pusat (penitipan anak itu)," imbuhnya.