KETIK, BATU – Angkutan Kota (Angkot) di Kota Batu semakin hari semakin sepi penumpang. Hal itu berimbas pada semakin turunnya penghasilan para supir angkot.
Angkot kalah bersaing dengan ojek maupun angkutan online lainnya. Anak sekolah yang sebelumnya menjadi langganan angkot, kini telah banyak beralih menggunakan angkutan online.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Batu, Heri Junaedi menyebutkan, bahwa rata-rata penghasilan sopir angkot berada di kisaran Rp 100 ribu perhari.
"Rp 100 ribu itu rata-rata penghasilan kotor. Kalau bersihnya ya tinggal Rp 15 ribu perhari. Kondisi ini terjadi sudah sejak pandemi Covid-19 yang lalu, sampai sekarang," katanya, Senin (11/12/2023).
Pendapatan bersih Rp 15 ribu itu karena sopir harus setor untuk biaya sewa angkot sebesar Rp 35 ribu. Kemudian membeli bahan bakar minyak atau BBM sebesar Rp 50 ribu.
"Penghasilan kami para sopir angkot menurun drastis sejak pandemi Covid-19 lalu. Untuk itu, kami berharap kepada Pemkot Batu memperhatikan kondisi ini," tegasnya.
Oleh karena itu, Organda menyambut baik progam angkutan gratis bagi siswa yang dicanangkan Pemkot Batu. Karena pemerintah memberikan uang ganti bagi angkot yang melayani progam tersebut.
Menurutnya, hal itu akan menambah pemasukan para sopir angkutan kota.
"Jumlah angkot yang terdata di Kota Batu saat ini berjumlah 368 unit armada. Dari 368 unit angkot itu, sekitar 280 an unit yang beroperasi setiap hari di sembilan jalur," jelasnya.(*)