KETIK, SURABAYA – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi besar terhadap hasil laut, salah satunya rumput laut.
Rumput laut menjadi komoditas hasil laut penting karena selain manfaatnya yang beragam, juga bisa meningkatkan devisa negara dari kegiatan ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya.
Dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, daerah penghasil rumput laut di Jawa Timur antara lain Sumenep, Situbondo, Banyuwangi, Sidoarjo, dan penghasil terbesarnya adalah Kabupaten Sumenep.
Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Madura ini memiliki potensi laut bagus yang membuat banyak pulau dan area laut sekitarnya menjadi penghasil rumput laut terbaik nomor satu se-Jawa Timur dan terbaik nomor dua se-Indonesia setelah Maluku.
Hal ini pernah diungkap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur Isa Anshori saat menghadiri Eksplorasi Rumput Sumenep di Kecamatan Saronggi. Dia menyebut rumput laut Sumenep memiliki kualitas terbaik se-Jawa Timur dan terbaik kedua nasional.
Karena kualitas terbaiknya tersebut, rumput laut di Sumenep tidak hanya menjadi primadona pasar dalam negeri, namun sudah berhasil menembus pasar internasional.
Jadi Primadona Pasar Ekspor
Tahun 2022 lalu, sebanyak 240 ton rumput laut jenis Sargassum kering sudah mulai dipasarkan di Cina per bulannya. Besarnya permintaan ini berdasarkan kontrak dengan perusahaan di China selama 2 tahun.
Melihat besarnya potensi ini, Isa berpendapat bahwa peluang investasi budidaya rumput laut masih bisa ditingkatkan sehingga bisa menjanjikan untuk dijadikan potensi usaha kelautan dan perikanan yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, penyerapan tenaga kerja, dan menambah devisa negara
Diketahui, Jawa Timur sendiri 52,8 persen total produksi perikanan budidaya memang berasal dari rumput laut, salah satunya dari Sumenep. Luas potensi budidayanya kurang lebih 243.254 hektar, luas eksisting 59.424 hektare, dengan jumlah petani sebanyak 4.093 orang.
Sementara itu, produksi budidaya mencapai 686.657,08 ton dan tahun 2023 nilai produksinya sebesar 3.433.285.405. "Rumput laut di Sumenep terbanyak ada di Kecamatan Sepeken yakni 221.547 ton. Disusul Kecamatan Saronggi 166.164 ton," ungkap Isa Anshori.
Tantangan Stabilitas Harga
Besarnya potensi budidaya rumput laut di Sumenep ini tak lepas dari tantangan dan masalah yang dialami masyarakat pesisir. Sebagai pembudidaya, mereka mengaku selama ini harga rumput laut kurang stabil.
Hal ini diungkap Jamilah, salah satu pekerja pembibitan rumput laut pascapanen. Dilansir dari kominfo.jatimprov.go.id, perempuan 27 tahun itu membenarkan harga rumput laut selama ini tidak pernah stabil.
Para pengepul rata-rata membeli dengan harga tidak pasti. Terkadang dihargai Rp15.000 per kilogram, kadang-kadang Rp20.000 kilogram, bahkan pernah mencapai Rp.25.000 per kilogram.
Selain masalah harga, ia menuturkan perlu adanya bantuan alat dan kegiatan penyuluhan atau pelatihan dari pemerintah supaya bisa lebih menghasilkan keuntungan. Pasalnya, mereka selama ini hanya memakai alat-alat tradisional yang tidak mendukung untuk mengolah rumput laut menjadi berbagai macam produk.
Senada dengan Jamilah, Rudy, salah seorang pekerja rumput laut di Sumenep mengungkap hal sama. Harga rumput laut selama ini memang tidak stabil, terkadang harga jualnya bisa jatuh padahal kualitasnya tetap terjaga.
Pemerintah Jatim Beri Perhatian
Menjawab masalah itu, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, pemerintah Jatim berikan perhatian pada para pembudidaya rumput laut di Sumenep.
Ia menuturkan pihaknya akan terus menjaga potensi rumput laut dengan melakukan berbagai inovasi. Inovasi tersebut berupa pembangunan laboratorium rumput laut kultur jaringan, penyediaan kebun bibit rumput laut, penggunaan bibit unggul, dan pengembangan budidaya dalam kawasan.
Selain itu, dilakukan lokasi yang sesuai dengan tata ruang daerah, pembenahan tata niaga, dan penguatan kelembagaan kelompok. Isa mengungkap pemerintah akan memberikan akses permodalan melalui Bank Jatim atau Dana Bergulir (Dagulir).
“Kami akan memberikan akses permodalan lewat Bank Jatim atau Dana Bergulir. Di luar itu peningkatan kualitas hasil budidaya rumput laut (kandungan karagenan, mutu hasil) melalui penerapan dan sertifikasi CBIB. Pengajuan PKK PRL secara komunal di Kampung Rumput Laut,” tutur mantan Kepala Dinas Sumber Daya Air Jawa Timur itu. (*)