KETIK, SURABAYA – Stand barang antik banyak ditemui di beberapa titik di Kota Surabaya. Pedagangnya ada di Jalan Lontar Surabaya Barat, Pasar Bratang Surabaya Timur, dan di Jalan Padmosusastro tengah kota.
Di sepanjang Jalan Padmosusasto, misalnya terdapat 21 pedagang. Semua pedagang di tempat yang baru ini berasal dari Pasar Bratang. Sebelumnya para pedagang menempati sebelah selatan Gelora Pancasila, Jalan Indragiri.
Penjual berbagai jenis barang antik tersebut sebagian berasal dari Bandung, Harun salah satu penjual barang antik mengatakan untuk mendapatkan barang dagangan terkadang harus turun ke daerah.Bila ada infomasi di salah satu daerah ada barang kuno atau antik, maka pedagang langsung datang ke tempat pemiliknya.
Barang antik yang dipajang di depan stand terdiri beberapa jenis. Ada barang bekas alat rumah tangga. Misalnya setrika yang pemanasnya menggunakan arang, piring, lampu gantung, bahkan kemudi kapal dan pelampung pun juga dijual di tempat ini.
Di stand milik Harun juga menjual lampu untuk dokar, piring dari porselin, dan guci yang berasal dari China.
"Barang antik kebutuhan junalistik bisa dicari di sini", katanya. Ada mesin ketik manual, tape recorder, dan tustel(kamera).
Jenis kamera antik yang dijuali terdiri dari berbagai merk. Contohnya kamera merk Canon, Yasica, Aseblat, dan Kodak. Camera antik yang kini dicari kolektor adalah kamera merk Leica buatan Jerman. Kamera merk ini lensanya sangat bagus dibanding merk lain, kata Harun.
Kolektor barang antik kini bukan saja diminati orang tua. Para pelajar sekarang banyak yang mengkoleksi barang antik. Barang yang dicari sebagian pelajar adalah uang recean dari logam, pilateli (perangko), pulpen, sabak (alat tulis).
Mencari barang antik sekarang sulit kata Harun karena banyak barang antik hasil produksi tiruan. Salah satu contoh adalah lampu gantung, cawan, lumpang, dan meja kursi antik dari kayu jati yang usianya puluhan tahun.
Barang antik tiruan ini biasanya banyak diproduksi di Jawa Tengah, bentuk barang tiruan tersebut memang mirip dengan barang yang asli. "Barang antik tiruan harganya lebih murah", ujar Harun.
Hartanto, salah seorang kolektor barang antik dari Surabaya kepada Ketik.co.id, Selasa (01/08/23) mengatakan bahwa mencari barang antik yang ori memang tidak mudah.Sebab, pembeli perlu paham barang yang akan dibeli.
"Bisa jadi barang dibeli hasil dari sepuhan. Artinya sudah dimodifikasi", katanya.(*)