KETIK, JAKARTA – Aplikasi e-commerce Temu belakangan ini menjadi bahan perbincangan masyarakat. Hal ini tak lain karena model bisnis dari aplikasi asal Tiongkok ini yang bisa mengancam keberadaan UMKM di Indonesia.
Pasalnya, Temu menyediakan penjualan barang secara crossborder yang mempertemukan pembeli langsung dengan pabrik selaku produsen barang. Dengan model bisnis seperti ini sudah barang tentu harga yang ditawarkan akan semakin murah, bahkan jauh di bawah harga UMKM di Indonesia.
Praktik bisnis dari Temu ini sudah berjalan di beberapa negara. Salah satunya Amerika Serikat. Bahkan di negeri Paman Sam tersebut Temu menuai sejumlah kontroversi yang berkaitan dengan regulator setempat.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Isy Karim menegaskan belum ada izin atas aplikasi Temu beroperasi di Indonesia. Namun, pengawasan tetap dilakukan. Dirinya bahkan sudah mengecek ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait keberadaan aplikasi tersebut.
"Itu bertentangan dengan PP 29 Tahun 2021. Jadi kalau setiap kegiatan dari factory ke consumer harus ada perantaranya, ada harus distributor. Jadi tidak bisa dari pabrik langsung ke konsumen," jelas Isy.
Dilansir dari berbagai sumber berikut ini kami ulas beberapa fakta terkait aplikasi Temu.
1. Berkantor pusat di Boston, Amerika
Walaupun merupakan aplikasi E-commerce asal Tiongkok, namun Temu berkantor pusat di Boston. Perusahaan ini berada di bawah China PDD Holdings.
Temu mengklaim bahwa harga murah dari produk yang mereka tawarkan adalah berkat "jaringan luas perusahaan induk PDD Holdings yang terdiri lebih dari 11 juta pemasok", demikian dilansir Tom’s Guide.
2. Menyediakan berbagai macam kebutuhan
Sama seperti e-commerce lain, Temu tentu saja menyediakan berbagai macam barang dan kebutuhan yang dicari oleh konsumen. Barang yang dijual mulai dari produk fashion, peralatan rumah tangga, skin care, makanan, minuman dan masih banyak lagi.
3. Pernah mendapat tuduhan jual produk kerja paksa
Karena menjual produk dengan harga yang murah, Temu pernah dituduh menjual barang hasil kerja paksa pada tahun 2002. Harga yang ditawarkan tergolong sangat rendah bahkan masih di bawah Shein dan pengecer lainnya, perusahaan tersebut tidak mempublikasikan audit fasilitas manufakturnya untuk memastikan mereka tidak melakukan hal tersebut.
4. Kecurigaan dalam penggunaan data pelanggan
Seperti banyak aplikasi lainnya, Temu juga mengumpulkan data dan informasi dari ponsel Anda. Namun, pengumpulan data ini tentu saja menjadi salah kontroversi karena Temu memiliki kedekatan dengan partai komunis china (PKC)
Kedekatan ini tentu menjadi permasalahan tersendiri karena Temu juga beroperasi di Amerika Serikat. Seperti yang kita tahu jika hubungan antara PKC dengan Amerika Serikat tidak begitu baik.
Selain itu, mereka juga mengumpulkan lebih banyak informasi tentang Anda dari sumber pihak ketiga, termasuk penjual Temu, catatan publik, media sosial, pialang data, biro kredit, dan mitra pemasaran.(*)