KETIK, SURABAYA – Pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hal ini karena pendidikan berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang nantinya akan berdampak pada kemajuan suatu daerah.
Di masa pemerintahan Gubernur Khofifah, pendidikan Jawa Timur mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari berbagai prestasi yang berhasil diraih oleh para pelajar dari Jawa Timur.
Seperti jumlah peserta didik yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tanpa tes yang tertinggi di Indonesia sejak tahun 2020. Hal ini juga berlanjut dengan prestasi di jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP), Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK-SNBT), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang menduduki peringkat tertinggi di seluruh Indonesia pada tahun 2021-2023.
Aries Agung Paewai, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur mengatakan, Pemprov Jatim terus berupaya mendorong kenaikan prestasi dunia pendidikan di Jawa Timur. Hal ini terlihat dari peserta dalam Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) dimana pada 2023 peserta dari Jawa Timur menduduki jumlah terbanyak dengan 16.273 orang dari total keseluruhan 79.919 peserta.
"Meningkatnya jumlah peserta dalam PembaTIK tahun ini menandakan bahwa guru di wilayahnya mempunyai komitmen tinggi dalam memajukan kualitas pendidikan," jelas Aries Agung Paewai.
Aries menambahkan, peningkatan kualitas guru memegang peranan penting dalam mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia. Karena guru nantinya yang akan memberikan pembelajaran secara langsung kepada para siswa. Dengan guru yang berkualitas tentu akan menghasilkan siswa yang terpelajar dan kompeten.
"Sesuai arahan ibu gubernur kami ingin menjadikan Jatim menjadi barometer pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu kami berusaha meningkatkan kualitas guru untuk menyiapkan generasi emas 2045,"tambahnya.
Dalam meningkatkan kualitas guru, kompetensi TIK guru yang mengacu pada kerangka kerja peningkatan kompetensi TIK Guru UNESCO. Standar kompetensi TIK ini terdiri dari 4 level, yaitu level literasi, implementasi, kreasi, dan berbagi (4 leveling).
“Tantangan teknologi ke depan sangat kompleks. Saat ini saja kita sudah masuk di era 5.0. oleh sebab itu penguasaan teknologi sangat penting agar guru bisa terus berinovasi," pungkasnya.(*)