KETIK, MALANG – Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) menggelar bedah buku berjudul Merahnya Ajaran Bung Karno karya Airlangga Pribadi Kusman, Sabtu 4 Januari 2025. Dalam kegiatan tersebut mengupas pemikiran Marhaenisme dari Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno untuk menemukan pengetahuan Pancasila yang paripurna.
Airlangga menjelaskan buku tersebut digarap dalam waktu 11 bulan saat Pandemi Covid-19. Ia membutuhkan perenungan yang cukup panjang untuk mengetahui pemikiran Bung Karno.
"Selama ini kita meyakini Pancasila sebagai dasar negara, tapi pengetahuan tentang Pancasila sepertinya masih belum paripurna," ujarnya.
Kondisi tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan era Presiden Soeharto yang meredam ajaran yang ditinggalkan oleh Soekarno. Padahal untuk mengetahui hakikat Pancasila secara menyeluruh, penting untuk mengetahui isi pikiran Bung Karno.
"Pancasila itu tidak bisa dijelaskan tanpa paham Marhaenisme. Dengan itu kita bisa mengetahui apa itu Pancasila. Setelah jatuhnya Soekarno, terjadi De-Soekarnoisasi, pengetahuan Pancasila yang terurai dalam pandangan Soekarno tidak muncul," tuturnya.
Marhaenisme harus dipahami sebagai teori perjuangan, di sana Soekarno menangkap kondisi Indonesia yang tak hanya tentang penjajahan Belanda, namun mengalami perlawanan terhadap tatanan imperialisme kapitalisme.
Airlangga juga menyebut di dalam Marhaenisme tidak bisa mengabaikan kondisi negara-negara lain yang juga menghadapi politik imperialisme. Maka untuk keluar dari imperialisme dan meraih kemerdekaan, harus memiliki wawasan internasionalisme.
"Marhaen Soekarno tidak kehilangan wawasan bagaimana membangun imajinasi sosiologis dunia. Ia tahu pikiran dan gagasan yang levelnya bagian dari literasi dunia, dan ditempatkan untuk memahami Keindonesiaan. Ia wujudkan dalam Marhaenisme," katanya.
Sementara itu, Kepala Pusdipwasbang Unitri, Agus Ghunu menjelaskan kegiatan tersebut sekaligus menggabungkan pemikiran Bung Karno kepada mahasiswa dan generasi muda. Hal tersebut agar pemahaman terkait Pancasila dan pemikiran Presiden pertama RI tidak luntur.
"Jangan sampai ajaran Bung Karno tentang nasionalisme, kebangsaan, dan pancasila pudar ditelan oleh waktu seiring dengan pergantian peradaban. Jadi sifatnya reminding bahwa ada tokoh bangsa atau proklamator kita yang punya konsensus tentang nilai Pancasila," tutupnya.