KETIK, JAKARTA – Pada beberapa keadaan tertentu, seorang muslim harus melakukan mandi wajib untuk membersihkan hadast besar. Mandi wajib adalah proses pembersihan atau pensucian diri dengan mengguyurkan air keseluruh tubuh untuk membersihkan diri dari hadast besar.
Dalam Islam hadast besar yang dimaksud adalah setelah berhubungan intim bagi suami istri, setelah haid atau nifas bagi perempuan, setelah mimpi basah, setelah masuk Islam dari keadaan jahiliah (keadaan sebelum masuk Islam), dan sebagainya.
Ustad Abdul Somad mengatakan saat memasuki bulan Ramadan, mandi junub merupakan hal yang penting bagi orang yang sedang berpuasa. Tak sedikit umat islam yang masih bingung bagaimana hukum mandi junub setelah adzan Subuh, apakah puasanya masih sah.
Ia menjelaskan lewat sebuah hadist dari Aisyah RA, istri Rasulullah SAW "Kata Aisyah (istri nabi) setelah berhubungan ada dua yang dilakukan. Nabi mandi, kadang-kadang berwudhu. Tapi paling sering mandi, adakalanya berwudhu, wudhunya seperti wudhu salat, kemudian nabi makan. Itu dalam keadaan junub puasanya sah," ujar Ustaz Abdul Somad dari kanal YouTube Kun Ma Alloh.
Lebih lanjut, menurut pendakwah lulusan Universitas Al-Azhar tersebut menambahkan dalam menjalankan ibadah puasa seorang muslim harus mengetahui aturan aturan yang berlaku, salah satunya terkait mandi junub. Mandi junub sendiri memegang peranan penting dalam sah atau tidaknya suatu ibadah yang dijalankan oleh umat muslim.
"Bahwa semua ulama sepakat bahwa orang yang junub di waktu subuh puasanya tetap sah," tambahnya.
Oleh sebab itu apabila seorang muslim bangun tidur dalam keadaan junub setelah adzan subuh, maka puasanya tetap sah. Dan dia bisa melanjutkan berpuasa ketika sudah mandi junub.(*)