KETIK, SURABAYA – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) dalam ajang International Youth Conference 2024 Essay Competition yang digelar di Universiti Putra Malaysia pada (11-12/08/2024) lalu.
Mahasiswa yang berhasil membawa pulang penghargaan yakni Iqbal Rohim Al Farisi (Fakultas Ilmu Budaya), Firman Maulana Barokah (Fakultas Perikanan dan Kelautan), Muhammad Dimas Ferdiansyah (Fakultas Ilmu Budaya), Ikhsan (Fakultas Sains dan Teknologi), dan Deva Fitra Firdausa Anwar (Fakultas Kedokteran)
Mereka berhasil meraih sejumlah penghargaan yakni juara utama Gold Medal Subtema Environment, juara kedua Silver Medal Subtema Health, dan Runner Up.
Penghargaan tersebut berhasil diboyong berkat dua gagasan yang mereka bawa di kompetisi tersebut, yakni Ecotruck: Automatic Waste Monitoring Application with A-GPS Based Ultrasonic Sensor to Improve Waste Management Efficiency Toward a Waste-Free Indonesia on SDGs 2030 dan Vrid: Virtual Reality-Based Therapy for Anxiety Treatment As A Way to Foster Well-Being of Individual with Mental Disorder in the Society 5.0.
Mewakili tim, Firman menceritakan, sebelum mengikuti kompetisi timnya harus melewati sejumlah seleksi yang panjang. Mulai dari submit paper hingga seleksi pengumuman untuk melaju ke babak final.
Dalam ajang tersebut, Firman dan tim juga harus melawan kompetitor dari berbagai negara yang juga sangat diunggulkan.
“Alhamdulillah, dalam ajang ini kami menggagas dua gagasan yakni Ecotruck dan Vrid. Saya tidak menyangka sebelumnya bahwa kedua gagasan yang kami bawa dapat lolos di ajang internasional,” jelasnya Sabtu (17/8/2024).
Lebih lanjut, salah satu essay yang mereka buat membahas tentang permasalahan penumpukan sampah yang makin marak di masyarakat. Permasalahan lingkungan harus segera diatasi sebelum menimbulkan dampak lain yang lebih parah dan meluas.
"Inovasi inilah yang kemudian melahirkan ide untuk memasang sensor ultrasonik pada tempat sampah. Sensor ini akan mendeteksi volume sampah dan memberikan notifikasi secara real-time kepada petugas," tambahnya.
Sedangkan pada penelitian yang kedua, yang diberi nama Vrid merupakan gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup dari penyandang disabilitas mental. Vird menggunakan teknologi VR untuk mengatasi kecemasan (anxiety) pada penyandang disabilitas.
"Melalui VR, pengguna dapat ditempatkan dalam lingkungan yang aman dan terkendali di mana mereka dapat berlatih menghadapi situasi yang memicu kecemasan," paparnya.
Firman berharap, inovasi ini tidak hanya menjadi solusi untuk masalah kebersihan dan kesehatan mental, tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa lain.
Menurutnya mahasiswa harus menjadi sosok yang tidak hanya memiliki semangat belajar tinggi, namun juga dapat menebar kebermanfaatan ke sesama.
“Meskipun latar belakang keilmuan kami bukan dari bidang yang berkaitan langsung kami tetap berkomitmen untuk terus belajar," imbuhnya.
"Kami banyak berkonsultasi dengan ahlinya, melakukan riset, dan tidak ragu untuk mengeksplorasi bidang baru demi mewujudkan gagasan ini," pungkasnya.(*)