KETIK, MALANG – Prestasi cemerlang datang dari tiga mahasiswa Teknik Informatika Institut Teknologi Nasional (ITN) di ajang Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GEMASTIK) XVI Tahun 2023.
Di tengah persaingan ketat antar 200 tim dari perguruan tinggi di Indonesia, tim ITN berhasil meraih gelar Best Attacker Divisi Keamanan Siber (cyber security).
Tim bernamakan 'Apa Adanya', diketuai oleh Dimas Fariski Setyawan Putra, dengan anggota Agil Syahlani Wahab dan Michael Hendra Nata. Dari babak kualifikasi yang ketat, hanya 20 tim yang berhasil mencapai babak final untuk bertanding di Universitas Brawijaya.
Untuk meraih keberhasilan tersebut, tim harus menyerang setiap aplikasi yang dimiliki oleh tim lainnya. Ajang tersebut membuat mereka seolah terjun dalam pertarungan siber yang menuntut ketangkasan dan kecepatan dalam menjalankan tugas.
"Salah satu poin utamanya adalah kecepatan. Tiap lima menit kita perlu menyerang 20 tim lain. Ada waktunya setiap 5 jam dan aplikasi direfresh untuk kita bobol lagi. Kalau tim tidak dapat nge-patch, kita dapat poin dari mereka," jelas Dimas pada Senin (25/9/2023).
Ketegangan tak terhindarkan saat berada di babak final. Kesulitan pun muncul, terlebih tim ITN masih terbatas dalam pengalaman mengikuti Gemastik.
Menurut mereka tim-tim terberat berasal dari universitas lain seperti UB, Binus, UGM, ITB, UI, dan ITS. Meskipun tidak mendapatkan juara pertama namun tim Dimas dan kawan-kawan telah membuktikan bahwa persiapan dan strategi yang matang membawa hasil.
"Kita atur strategi selama perlombaan. ada yang melakukan monitoring, defense, attack, maupun bikin script," lanjutnya.
Bahkan untuk mempersiapkan GEMASTIK XVI, ketiga mahasiswa itu sampai membuat sebuah komunitas baru di ITN yang diberi nama "Parliament of Night." Mereka berharap lebih banyak mahasiswa yang tertarik dengan cyber security mengingat besarnya peluang kerja dan manfaat dari bidang tersebut nantinya.
"Harapannya lebih banyak yang tertarik dengan cyber security. Kita bisa lolos di cyber security juga karena belum banyak kampus yang konsern dengan itu," tutur Dimas.(*)