KETIK, MALANG – Salah satu brand dan kedai kopi di Kota Malang, yakni Kopi Cinta memiliki cara unik untuk memikat hati pelanggan. Pasalnya segelas kopi yang disuguhkan, sepenuhnya dilayani oleh barista tuli.
Salah satu barista tuli yakni Ardisa terlihat cekatan saat melayani pembeli di stand yang dibuka pada acara Malang Autism Summit 2024. Ia menjajalan beragam rasa minuman, mulai dari es kopi susu, matcha, cokelat, dan lainnya.
"Kopi Cinta sudah jualan sejak dua bulan lalu, memang brand ini masih tergolong baru," ujar Disa, Kamis 3 Oktober 2024.
Terdapat tiga orang barista tuli yang bekerja di tim Kopi Cinta. Tak hanya berjualan kopi, mereka juga ingin membangkitkan deaf awareness atau kesadaran inklusivitas terhadap komunitas tuli.
Maka dari itu, di bagian tempat pemesanan telah diberikan panduan berupa gambar yang berisikan bahasa isyarat untuk memesan kopi. Hal tersebut yang mempermudah komunikasi antara barista dengan pembeli.
"Selain kita jualan minuman, di sini kita juga ingin menyebarkan tentang deaf awareness. Jadi ketika orang mau pesan, itu ada tutorialnya di sini. Pesannya pakai bahasa isyarat, jadi ada cara komunikasinya," jelasnya dengan bahasa isyarat.
Sebelum bekerja sebagai barista, Disa sempat membuka bisnis mandiri dengan berjualan rice bowl. Dulunya, Disa merupakan mahasiswa jurusan Pariwisata yang menaruh konsentrasi terhadap dunia kuliner.
"Kebetulan saya kuliah di jurusan Pariwisata dan spesifiknya di kuliner. Sehingga mempelajari dari nol itu merasa gak ada masalah, nyaman-nyaman saja," ucapnya.
Selain membuka stand di acara-acara pameran mauun bazar, Kopi Cinta juga membuka gerai di Resto Harmoni yang berada di Jalan Bromo. Di sana pembeli akan disuguhkan kopi dengan nuansa inklusif yang cukup kental.
Di sisi lain, salah satu pembeli yakni Cinta mengaku tertarik dengan pengalamannya membeli kopi tersebut. Menurutnya jarang sekali ditemukan kedai kopi yang langsung dilayani oleh barista tuli.
"Menarik banget, ya. Baru pertama kali ini melihat ada stand yang dilayani oleh teman tuli langsung. Kebetulan saya background pendidikannya Psikologi yang khusus ke psikologi klinis untuk anak berkebutuhan khusus," ujarnya.
Saat memesan pun ia tidak merasa kesulitan. Bahkan hal tersebut ia jadikan kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan teman tuli.
"Gak kesulitan saat pesan karena sudah ada arahannya. Belinya pakai bahasa isyarat, sempat memperkenalkan nama saya juga. Kebetulan nama saya Cinta jadi gampang isyaratnya," tutupnya.(*)