KETIK, PACITAN – Kasus dugaan bullying yang melibatkan seorang guru dan seorang siswa di Pacitan terus menjadi sorotan publik. Salah satunya dari Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pacitan, Jawa Timur.
Ketua Korps PMII Putri (Kopri) Cabang Pacitan, Nadya Tri Yulistyowati, justru menekankan pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak. Tapi, ia juga mengingatkan agar guru lebih berhati-hati.
"Kasus ini mengingatkan kami bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah dan guru, tetapi juga melibatkan orang tua," Selasa (29/8/2023).
"Dalam banyak kasus, kami melihat bahwa orang tua juga kadang berlebihan tak peduli perbuatan buruk si anak. Sebaliknya, guru pun kudu hati-hati dalam mendidik siswa-siswanya," sambungnya.
Nadya menyampaikan keprihatinan atas kasus tersebut dan menyerukan tindakan tegas terhadap guru yang bersangkutan. Namun, juga fokus pada peran orang tua siswa dalam mendukung anak-anak mereka ketika mengalami situasi sulit di lingkungan sekolah.
Dia menyoroti para orang tua yang sering kali kurang mendukung anak-anaknya ketika mengalami kasus bullying. Justru malah menganggap, itu merupakan hal sepele.
"Dulu, orang tua mungkin tidak begitu memahami dampak psikologis dari bullying atau bahkan berpikir bahwa itu adalah bagian dari proses pembentukan karakter. Namun, seiring berjalannya waktu dan memahami bahwa bullying memberikan dampak jangka panjang dan merugikan bagi korban," Imbuhnya.
Namun, sikap orang tua juga tidak boleh terlalu berlebihan dalam memberikan dukungan yang justru terkesan subjektif memandang suatu perkara. Sehingga menyebabkan terjadinya hal-hal yang di luar akal sehat.
"Namun, orang tua siswa juga perlu memahami konteks masalah, karena ketika kondisi emosi itu kadang malah membuat suatu perkara jadi blunder," tegasnya.
Dengan maraknya kabar orang tua yang nekat main hakim sendiri hingga berbuntut hukum demi membenarkan kelakuan buah hati, patut dijadikan pelajaran dalam menelaah suatu permasalahan. Sehingga tidak menganggap kebenaran mutlak ada di salah satu pihak.
"Salah satu contoh kasus, orang tua murid yang ketapel guru gara-gara mengingatkan anaknya yang ketahuan merokok di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, di Pacitan jangan sampai begitu lah," ungkapnya.
Oleh sebab itu, keluarga dan lingkungan sangat berperan dalam upaya pendidikan, terutama untuk menyikapi perkembangan zaman dan karakteristik generasi saat ini.
Di samping itu, perilaku pendidik juga wajib mencerminkan seorang teladan bagi siswa. Meskipun dalam konteks mencerdaskan, tetapi tidak patut hal buruk diucapkan. Apalagi saat ini sangat dimungkinkan adanya konsekuensi hukum yang mengintai.
"Mungkin, dianggap paling receh soal perkara menjaga lisan, namun itu tidak patut apabila dilakukan oleh seorang guru," lanjutnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, bahwa kasus ini menggambarkan pentingnya peran semua pihak, termasuk sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat, dalam mencegah dan menangani bullying di lingkungan pendidikan.
Namun semakin banyaknya kasus bullying yang terungkap, penting bagi semua pihak untuk menakar permasalahan agar tidak sampai ke ranah hukum, asalkan bukan kategori pelanggaran berat.
"Tindakan tegas itu perlu, setidaknya tidak terjadi praktik perundungan seperti ini terulang kembali," ucapnya dengan tegas.
Peran orang tua dalam memberikan pendidikan adab dan moral sangat penting diajarkan, guna membentuk karakter anak dan membentengi diri dari krisis moral yang kian marak di negara ini.
"Setiap keluarga memiliki ritme yang berbeda, melindungi anak adalah kewajiban, terlebih memberikan dorongan positif dan tegas bahwa adab lebih tinggi ketimbang ilmu. Sebab generasi saat ini karakternya jauh berbeda dibanding masa sebelumnya," pungkasnya.(*)