KETIK, SURABAYA – Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Jatim, Bambang Haryo Soekartono (BHS) meninjau palang kereta api perlintasan sebidang, Jalan Kebonsari Baru, Surabaya.
Bambang Haryo menemui penjaga palang kereta api, Ahmad. Ia merupakan penjaga palang pintu kereta api sukarela dari RW setempat.
BHS mendorong pemerintah memperhatikan palang kereta api di jalur-jalur lintas sebidang karena kerap membahayakan hingga menimbulkan kecelakaan.
Termasuk memperhatikan standarisasi keselamatan di perlintasan rel kereta sebidang. Antara lain memperbaiki early warning system yang telah rusak sejak empat tahun lalu.
Padahal, perlintasan jalur kereta sebidang di kawasan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna jalan raya.
Ia mencatat sejumlah permasalahan. Meliputi ketiadaan pemberitahuan jadwal kereta dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) sehingga penjaga sukarela ini hanya menandai sendiri jam berapa saja kereta melintas.
"Harusnya ini dinas perhubungan kota kerja sama dengan KAI menyampaikan jadwalnya kepada beliau-beliau (penjaga palang) ini, kalau perlu menyampaikan pada publik dengan papan pengumuman jadwal kereta lewat, jadi ini penting," tuturnya.
Permasalahan kedua adalah jam yang digunakan sukarelawan merupakan jam milik sendiri dan dikhawatirkan bisa mengalami gangguan teknis sewaktu-waktu seperti baterai mati.
"Harusnya ada jam khusus yang ditempatkan di pos ini," ucap Anggota DPR RI 2014-2019 tersebut.
Atas dasar keprihatinan itu, ia juga menyumbangkan jam dinding dan bingkisan.
Permasalahan berikutnya adalah kerusakan early warning system. Sejak mengalami kerusakan, tak ada lagi penanda khusus seperti alarm atau imbauan.
"Ini adalah bukti kurangnya kepedulian pihak yang bertanggungjawab terhadap transportasi ini untuk keselamatan publik keselamatan masyarakat yang melewati jalan ini," kata Anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra itu.
Maka dari itu, BHS mendorong pemerintah melalui kementerian perhubungan mendesak KAI untuk memberikan perhatian standarisasi.
Perlintasan kereta api sebidang di Surabaya sendiri terdapat di beberapa titik dan kerap menimbulkan kecelakaan.
Maka dari itu, perlu mendapat perhatian khusus. Antara lain juga informasi kepada publik terkait pentingnya menaati lalu lintas saat melewati palang kereta. Ia juga mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati saat melintas di kawasan-kawasan tersebut.
Sementara keberadaan sukarelawan penjaga palang kereta sebidang juga mendapat apresiasi dari BHS. Ia mendorong pemerintah agar memberikan upah dan pelatihan.
"Beliau harus dididik diberikan satu pelatihan bagaimana cara menjaga lintasan sebidang termasuk juga jadwal regulernya," ujarnya.
Ahmad sendiri menjaga perlintasan kereta sejak 2013 silam dengan jam operasional mulai pukul 09.30 WIB - 14.00 WIB. Kemudian dilanjutkan lagi pukul 16.00 WIB - 19.00 WIB.
"Saya jaga dua kali sehari," kata Ahmad.
Selain Ahmad, ada sekitar 8 orang yang menjaga bergantian selama 24 jam. Mereka bagi dalam beberapa shift setiap 3 jam sekali. Tetap berdiri di tengah rel meskipun cuaca panas atau hujan. Tak boleh lengah sedetikpun.
Ahmad memang tidak mendapatkan gaji dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Ia hanya mengandalkan sumbangan sukarela dari pengendara. Terkadang juga mendapat bantuan dari dinas perhubungan.
Namun demikian, pria berusia 40 tahunan itu tetap setia menjadi penyelamat bagi para pelintas rel kereta selain sebagai sarana penyambung perekonomian keluarga.
Sedangkan palang kereta memang masih manual sehingga perlu penjaga seperti dirinya.
Ahmad hanya mengandalkan jam tangan yang melingkar di pergelangan sebagai penanda jadwal reguler kereta melintas. Tak ada jadwal resmi yang terpasang di pos penjagaan. Jadwal sempat diberikan menjelang Idul Fitri karena ada kereta tambahan.
"Dari kebiasaan saya tahu jadwalnya," kata Ahmad.
Ahmad sendiri mengaku tak pernah mengantongi jadwal kereta selama ini. Early warning system pun telah rusak sejak empat tahun lalu. Dia berharap piranti pendukung imbauan keselamatan itu kembali dihidupkan. Baik lampu maupun sirine peringatan.
"Sementara kadang kalau pas panas-panasnya kita nggak kelihatan karena tertutup uap kereta apalagi kalau pas kabut," kata Ahmad.(*)