KETIK, SIDOARJO – Abi Khoirul Rizal punya mental sukses. Meski diremehkan teman, saudara, dan keluarga, lelaki 40 tahun itu pantang mundur. Tekadnya tak pernah padam. Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga setahun ditekuninya usaha pentol itu. Pokoknya tidak ada kata menyerah. Abi selalu meyakinkan kepada siapa saja bahwa pentol produk pabriknya benar-benar enak.
Mulai 2016, omzet pentolnya terus naik. Dari hanya puluhan kilogram, produksinya semakin besar di pabriknya Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo. Pernah mencapai ratusan kilogram. Sekarang sudah berton-ton per hari. Produknya pun tidak hanya pentol.
Yang terbanyak justru olahan adonan. Sebab, adonan ini bisa digunakan untuk apa saja. Bisa pentol, tahu isi, kulit siomay, dan sebagainya. Tinggal keinginan pedagangnya. Mau buat apa saja.
Rasanya juga variatif. Ada olahan adonan daging ayam, sapi, maupun ikan. Resep rasanya merupakan kombinasi antara ide, pengalaman selama bekerja di pabrik makanan, sampai masukan pembeli. Kombinasi.
Dia terpikir bikin merek pada 2017. Dipilihlah merek pentol ISTIMEWA. Namun, oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) ditolak. Merek itu dianggap terlalu bombastis. Seolah-olah sempurna.
Akhirnya, Abi menemukan nama pentol MAJU MAPAN. BPOM mengabulkannya pada 2018. Dipakailah merek itu hingga sekarang. Saat ini produksinya telah mencapai 2 sampai 3 ton per hari. Itu hari-hari dan bulan biasa.
Kalau ramai, bulan Ramadan dan Syawal, permintaan melonjak. Bisa 5 sampai 7 ton. Saat itu, Abi harus mencari tambahan pekerja. Pegawai tetapnya hanya 5 orang. Yang lain bekerja dengan sistem borongan. Tapi, saat ramai, dia bisa mencari tambahan pekerja sampai 75 orang.
Pemasaran produksi Pentol MAJU MAPAN ini tidak hanya Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. Di kabupaten dan kota di Jatim sudah banyak agen. Bahkan, ada yang membawanya hingga ke Kalimantan. Kirim dalam bentuk frozen.
Pabrik pentol Maju Mapan milik Abi Khoirul Rizal di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung. (Foto: medsos)
Berapa omzet dan hasilnya? ”Itu semua istri yang tahu. Saya pasrahkan semuanya ke istri,” ungkap bapak tiga anak tersebut.
Bagi Abi, Rumiyati adalah teman hidup, teman berjuang, sekaligus teman untuk masa depan. Istrinya selalu ada di saat-saat sulit. Bahkan, saat dirinya terpuruk sekalipun. Seorang lagi yang sangat dia agungkan adalah sang ibu. Juariyah, 60 tahun.
Sang ibunda membesarkannya sejak kecil. Ketika ayahnya meninggal, Abi baru berusia 5 tahun. ”Kewajiban saya memuliakan orang tua dan keluarga. Kapan bisa melakukannya kalau masih kerja pada orang lain,” ungkapnya.
Keberhasilan Abi menjadi inspirasi bagi Lutfi. Lelaki itu adalah teman kecil sekaligus pegawai Abi di pabrik pentol MAJU MAPAN. Kata Lutfi, tidak banyak orang yang punya keputusan berani seperti Abi. Berani risiko, bekerja keras, ulet, jujur, dan selalu membantu orang.
”Bagi saya, Mas Abi ini seperti juragan sekaligus guru,” ungkap Lutfi. (habis)