KETIK, JAKARTA – Akibat meningkatnya kekhawatiran mengenai resesi global, hari ini Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka dalam keadaan terkoreksi, Jumat (23/6/2023) waktu setempat.
Kekhawatiran para investor dipicu oleh sikap beberapa bank sentral utama yang masih bersikap mengisyaratkan kenaikan suku bunga.
Koreksi ini terlihat dari Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka melemah 0,8% ke posisi 33.675,23, S&P 500 terpangkas 0,85% ke 4.344,68, dan Nasdaq Composite ambles 1,11% menjadi 13.479,62.
Yung-Yu Ma, kepala strategi investasi di BMO Wealth Management mengatakan Pasar telah berada di bawah sedikit tekanan sejak konferensi pers dan rilis berita The Fed minggu lalu yang menyatakan bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga. Namun pada kenyataannya sikapnya tidak demikian.
"Tetapi kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi 1-2 kali kemudian. tahun," kata Yung-Yu Ma
Mengenai sikap dari The Fed, para investor mengaku merasa kecewa karena masih ada potensi kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.
Ketua The Fed, Jerome Powell menyatakan, untuk mengejar target inflasi 2 persen. Pihaknya mengharapkan akan ada kenaikan suku bunga kembali untuk menekan inflasi yang masih tinggi.
Berdasarkan pernyataan tersebut, para pelaku pasar berharap hanya akan ada satu kenaikan suku bunga pada Juli mendatang sebesar 25 bp hingga sisa tahun 2023 ini.
"Tekanan inflasi terus tinggi dan proses menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," jelas Jerome Powell dalam sambutan yang disiapkan untuk dengar pendapat di depan Komite Jasa Keuangan DPR.
Langkah The Fed ini juga di ikuti oleh beberapa bank sentral negara lain, seperti bank sentral Inggris (Bank of England/BoE). Mereka bersikap mengisyaratkan kenaikan suku bunga, untuk mengatasi inflasi yang tinggi.
Sebelumnya pada Kamis kemarin, BoE kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 5%.
"Pertarungan BoE melawan inflasi berpotensi menimbulkan biaya tinggi bagi ekonomi Inggris, yang mungkin tergelincir ke dalam resesi akhir tahun ini atau tahun depan," kata Axel Rudolph, analis pasar senior di penyedia perdagangan online IG.(*)