KETIK, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima kunjungan Kepala Biro Umum Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres) Irjen Pol Adang Ginanjar bersama istri, Miranti Serad Ginanjar di Gedung Negara Grahadi.
Kunjungan Setmilpres Adang Ginanjar di Jatim sendiri sebagai verifikator Satyalencana Wira Karya Bidang Pembangunan Pertanian pada Rabu (10/5/2023) kemarin.
Sedangkan Miranti Serad mengatakan, kedatangannya secara khusus untuk bertemu ibu asuh pembatik Jatim tersebut.
"Ibu kebetulan juga berkebaya, meskipun saat ini saya punya background sebagai penulis Batik Kudus, saya kan juga pembina dari Batik Kudus," ungkap wanita yang memiliki gerai Batik Kudus di Jerman ini.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah memberikan cinderamata kepada Miranti yang juga merupakan Ketua Pertiwi Indonesia. Ada batik, bordir, tenun serta ukiran khas Jatim. Antara lain Batik Pamekasan.
Miranti banyak berdiskusi terkait batik dan kebaya khas Jatim dengan Gubernur Khofifah pada kesempatan ini.
Khofifah mengatakan, setiap menggelar fashion show selalu mengangkat the story behind the canting. Nuansa indah tercipta dari goresan canting lewat rangkaian cerita.
"Cerita itu bermuatan kearifan lokal, itu yang harus kita jaga keberlanjutannya," ujar Miranti.
Kisah itu menjadi inspirasi bagi Miranti. Tentang goresan di atas selembar batik sarat cerita kearifan lokal. Miranti pun mengaku mengagumi Gubernur Khofifah.
"Karena kegigihan beliau untuk menjadikan batik bernuansa kearifan lokal, sehingga menjadi cerita," puji Miranti kepada Khofifah beberapa waktu lalu.
Ia ingin kelestarian kebaya Indonesia dan Wastra Nusantara tetap terjaga. Baik kebaya, batik, tenun maupun lainnya.
"Ibu Khofifah selalu berkebaya sebagai identitas wanita Indonesia namun juga melestarikan wastra karena beliau Gubernur Jatim otomatis beliau selalu memakai batik-batik di seluruh daerah di Jatim dengan kearifan lokalnya," ujar Ketua Pertiwi II yang membawahi budaya dan UMKM ini.
Ke depan, Miranti Serad juga berkenginan membuat program 1 ibu 1 binaan. Perempuan Indonesia minimal harus memiliki 1 binaan pembatik. Bukan hanya memberikan modal dan motivasi agar pengrajin bisa membatik. Tapi, juga sekaligus membeli hasil karya mereka.
"Itu yang saya ingin sekali saya bicarakan dengan Ibu Khofifah," ujar penyuka makanan berkuah tersebut.
Lebih lanjut ia menuturkan, Jatim adalah tempat awal mula peradaban di Pulau Jawa. Tempat Bumi Majapahit berada. Tempat lahirnya akar budaya bangsa termasuk kemahiran para perempuan dalam mencanting.
"Kita bisa lihat, contohnya canting nol ini yang saya kagumi dari pembatik di Jatim. Canting nol adalah canting terhalus. Seperti halnya batik dari Pamekasan, Sumenep, tempat-tempat lain," puji dia.
Miranti pun tak luput terkesan dengan tenun ikat khas Tuban. Batik Pamekasan dan Kain Tuban paling banyak dicari di negara-negara seperti Jepang. Karena menggunakan pewarna alam (eco batik).
"Tapi yang saya juga kagumi adalah semangat dari para ibu-ibu itu tetap konsisten mencanting dari hal sekecil dan sesimpel apapun mereka tetap semangat untuk melestarikan motif-motif tersebut," ucapnya.
Miranti mengaku kagum hasil olah tangan para pembatik di Jatim. Konsistensi mereka melestarikan motif rumit, canting hingga tenun ikat tak tertandingi.
"Perlu kita apresiasi dengan membeli batik karya pecanting di Jatim," kata Miranti.
Ia mengatakan, bentuk apresiasi dengan membeli batik tulis atau batik canting buatan pengrajin merupakan salah satu upaya menjaga kelestarian hasil karya peradaban tersebut. Ia berharap anak muda mau melestarikan batik.
"Kita juga harus aktif mempromosikan batik ke luar maupun untuk kita sendiri sebagai personal responsibility," ujarnya.
Miranti menambahkan, apabila seluruh perempuan Indonesia memiliki kesadaran personal social responsibility, maka batik tulis Nusantara tak akan pernah punah, terutama batik asal Jatim.
"Saya surprise karena batik ini tumbuh di seluruh kabupaten dengan kearifan lokalnya. Karena setiap daerah mempunyai cerita," tutur penghobi main harpa ini.
Motif dan corak batik sendiri terus berkembang sebagai bentuk menjawab tantangan zaman.
"Batik harus dijaga keberlanjutannya," kata Miranti.
Atas apresiasi Miranti akan batik Jatim, Khofifah kemudian memberikan cinderamata berupa batik, bordir dan ukiran khas Jatim.(*)