KETIK, SURABAYA – Anak gajah Sumatera yang diberi nama Rocky Balboa akhirnya resmi diperkenalkan ke publik oleh Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS KBS) pada Sabtu, 31 Agustus 2024.
Momen perkenalan penghuni baru KBS tersebut sengaja diselengarakan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-108 KBS. Sontak momen perkenalan tersebut mendapatkan sambutan hangat dari para pengunjung KBS.
Direktur Utama (Dirut) PDTS KBS, Chairul Anwar mengatakan, anak gajah Sumatra ini merupakan hasil breeding (pembiakan) indukan gajah jantan dewasa bernama Doa dan gajah betina, Lembang.
Dengan lahirnya Rocky Balboa, otomatis menambah koleksi gajah Sumatera di KBS menjadi 6 ekor yang terdiri dari 3 jantan dan 3 betina.
"Sekarang ada enam ekor ya, jadi ada tiga betina dan tiga jantan. Yang pertama itu bapaknya Rocky, yaitu Doa namanya. Kemudian ada kakaknya, namanya Gonzales, dan ini sekarang Rocky," jelas Chairul, Sabtu 31 Agustus 2024.
Sebagai lembaga konservasi, KBS sangat memperhatikan kesehatan dan kondisi dari Rocky Balboa. Oleh sebab itu pihaknya baru bisa memperkenalkan gajah Sumatera tersebut pada bulan Agustus.
Rocky Balboa lahir pada bulan Mei 2024 lalu. PDTS KBS berencana menambah koleksi gajah betina baru untuk dilakukan proses pembiakan ke depannya.
"Ada tambahan betina gajah, karena usia Lembang, ibunya si Rocky itu sudah 40-50 tahunan. Jadi, kita mau cari yang fresh blood untuk gajah betina," tambahnya.
"Sebenarnya (Lembang) masih bisa, akan tetapi kalau terlalu tua kasihan dan hasilnya enggak bagus," imbuhnya.
Di samping itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim Nur Patria Kurniawan mengungkapkan, kelahiran Rocky adalah bentuk keseriusan, kepedulian, dan keberhasilan manajemen PDTS KBS sebagai lembaga konservasi.
Dia berharap, keberhasilan PDTS KBS dalam pengembangbiakan gajah Sumatera ini bisa dijadikan contoh bagi lembaga konservasi lainnya di Jawa Timur.
"Tidak semua lembaga konservasi punya gajah, tetapi ini merupakan bentuk keseriusan yang bisa diimplementasikan dan sekaligus menjadi contoh untuk lembaga konservasi yang lain,” pungkasnya.(*)
