KETIK, SURABAYA – Eri Cahyadi dan Armuji, pasangan petahana Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, akan bertarung melawan kotak kosong pada Pilkada 2024.
Mereka menjadi calon tunggal setelah tidak ada kandidat lain yang mendaftar hingga penutupan masa perpanjangan pendaftaran pada awal September 2024.
Kondisi ini menunjukkan dominasi politik Eri-Armuji yang didukung oleh 18 partai politik, termasuk PDIP, Golkar, PAN, PKS, dan lainnya.
Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Korwil Jatim Heru Satrio menilai, adanya kampanye kotak kosong menggambarkan demokrasi berjalan dengan baik.
Pemilihan kotak kosong juga mencerminkan mekanisme demokratis yang memberikan ruang bagi warga untuk menolak calon yang dianggap tidak mewakili aspirasi mereka, meskipun tidak ada pesaing lain di pemilihan.
Heru menjelaskan salah satu kekhawatiran adanya kotak kosong adalah KPU yang dianggap belum memberikan penjelasan mengenai bagaimana teknis pemungutan suara untuk kotak kosong.
"Masyarakat kan ingin tahu bagaimana cara mencoblos kotak kosong, itu harus dijelaskan oleh KPU," tegas Heru saat ditemui di Hedon Estate pada Minggu 6 Oktober 2024.
Gerakan Kotak Kosong ini semakin menarik perhatian ketika isu mengenai kecurangan dalam Pemilu juga diangkat.
Heru menyoroti bahwa kotak kosong seringkali tidak dihadirkan dengan saksi, sehingga rawan terjadi manipulasi suara.
Mereka meminta KPU untuk memastikan bahwa demokrasi berjalan dengan adil dan transparan.
Menariknya, gerakan kotak kosong ini berkembang secara organik, tanpa adanya dorongan langsung dari para tokoh.
"Kita tidak menggerakkan ini, gerakan ini datang dari masyarakat, kami hanya mendukung aspirasi mereka," jelas Heru.
Heru juga menjelaskan bahwa tempat-tempat seperti posko kemenangan kotak kosong akan dibuka sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat.
Untuk kampanye, mereka berencana memilih tempat-tempat yang simbolis, seperti Taman Makam Pahlawan.
"Tidak ada salahnya kita kampanye di Taman Makam Pahlawan," ujar mereka, menanggapi berbagai kritik yang datang dari lawan politik.
Meskipun gerakan ini sempat dirundung dengan julukan yang tidak sedap seperti
"Kampanye di tempat setan, pihak Kotak Kosong tetap optimis.
"Pada waktunya, gerakan ini akan menjadi masif dan berpengaruh pada 27 November nanti," tutur Heru.
Dengan semakin dekatnya hari pemungutan suara, dukungan terhadap kotak kosong semakin menguat, dan masyarakat Surabaya pun akan melihat bagaimana hasil akhirnya. (*)