KETIK, SURABAYA – Bayang-bayang krisis ekonomi dan stagflasi global pada tahun mendatang menjadi salah satu pembahasan bagi para pelaku ekonomi dan industri tanah air. Krisis tersebut disinyalir bakal berdampak pada nilai perdagangan lintas negara.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim bersama Kadin Institute dan Export Center Surabaya (ECS) mulai merumuskan sejumlah strategi dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi dan stagflasi global tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari–November 2022 mencapai US$268,18 miliar atau naik 28,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$253,61 miliar atau naik 28,04 persen.
Nilai ekspor Indonesia November 2022 dibanding nilai ekspor Indonesia November 2021 naik sebesar 5,58 persen. Ekspor nonmigas November 2022 naik 6,88 persen jika dibanding ekspor nonmigas November 2021.
"Jatim berkontribusi rata-rata 10,7 persen dari total ekspor non migas Nasional sejak Januari 2020 sampai November 2022," terang Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, Senin (26/12/2022).
Sampai dengan akhir November 2022, Neraca Perdagangan Indonesia telah mencatatkan rekor surplus selama 30 bulan berturut-turut.
Neraca Transaksi Berjalan yang pada 2019 defisit USD 30 miliar atau minus 2,7 persen terhadap PDB. Namun pada tahun 2022 ini telah berubah dan meningkat menjadi surplus USD 4,4 miliar atau plus 1,3% terhadap PDB.
Surplus neraca perdagangan pada tahun 2023 diperkirakan akan menurun karena potensi ekspor yang melambat dampak penurunan permintaan global.
"Menurunnya permintaan global diakibatkan banyak negara mengalami krisis ekonomi dan stagflasi," terangnya.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim bersama Kadin Institute dan Export Center Surabaya (ECS) bahas ekspor. (Foto: Humas Kadin)
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekspor pada tahun 2023 tumbuh positif di kisaran 6,0 persen hingga 6,8 persen secara tahunan di atas pertumbuhan perdagangan global yang menurut WTO hanya 1 persen pada tahun 2023.
"Hal ini berarti ekspor Indonesia pada 2023 diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 20 persen," tandas Adik.
Oleh karena itu, perlu sejumlah strategi agar pasar ekspor tetap berjalan. Antara lain memperluas peluang ekspor pada negara tujuan ekspor non tradisional di mana alah satu cara yang efektif adalah melalui misi dagang.
Kemudian, mendorong serta meningkatkan fokus ekspor pada negara-negara yang pertumbuhan ekonominya masih relatif baik.
Melalui Export Center Surabaya, Kadin Jatim telah mendorong peningkatan dan perluasan ekspor ke negara-negara non tradisional dan fokus pada negara-negara yang pertumbuhan ekonominya relatif stabil seperti Saudi dan Malaysia.
"Kadin Jatim bersama Pemprov Jatim dan Kemendag RI serta Kemenlu RI, juga telah melakukan rintisan misi dagang secara langsung untuk membuka peluang ekspor ke negara-negara tersebut," terang Adik
Dalam misi dagang tersebut, Kadin Jatim juga melakukan promosi untuk menarik investasi dan pariwisata.
Berdasarkan data ECS, jumlah transaksi business matching yang difasilitasi sepanjang Januari-November 2022 mencapai USD 106.588.875,92. Angka ini melampaui target sebesar 6,6 persen.
Selain fokus pada pasar ekspor, Adik juga melihat pentingnya meningkatkan perdagangan antar provinsi sebagai pasar alternatif dari beberapa komoditas ekspor yang pertumbuhannya terkontraksi.
Kadin Jatim sendiri bersama Pemprov Jatim juga secara giat telah melakukan misi dagang antar provinsi untuk menggairahkan pertumbuhan dagang dalam negeri dalam upaya menjaga pasar dalam negeri dari ekspansi produk impor dari luar negeri.
Selain juga memberikan peluang alternatif bagi beberapa komoditas ekspor yang saat ini sedang terkontraksi pertumbuhannya akibat terlalu mengandalkan penjualan ekspor.
"Sehingga tidak sepenuhnya berorientasi ekspor seperti contohnya garmen dan alas kaki," ujar Adik.
Media release Kadin Jatim. (Foto: Humas Kadin)
Sedangkan strategi untuk jangka menengah-panjang, perlu mendorong peningkatan Investasi Luar Negeri dalam rangka hilirisasi (down streaming) industri sektor sekunder berbasis agro dan pertambangan mineral, sehingga Indonesia menjadi pusat industrialisasi kebutuhan pokok dunia, sembari menciptakan lapangan kerja yang luas dalam rangka mengantisipasi bonus demografi.
Kadin Jatim telah melaksanakan upaya pengembangan hilirisasi pada sektor sekunder di bidang Agro industri dengan melaksanakan pameran dagang dan investasi di bidang Agro Industri yang akan berdampak pada ketahanan pangan nasional, penguatan pangsa ekspor kebutuhan pangan, serta pembukaan lapangan kerja baru.
Untuk penguatan SDM dan antisipasi bonus demografi, Kadin Jatim melalui Kadin Institute telah melaksanakan pelatihan SDM berbasis kompetensi bekerjasama dengan BNSP dan melakukan revitalisasi program pendidikan vokasi dengan basis link and match dengan kebutuhan Industri melalui pemagangan yang intensif.
Guna melakukan link and match dengan pihak industri, Kadin Jatim bekerjasama dengan IHK Trier (Kadin Jerman) melakukan pelatihan dan sertifikasi tempat kerja, sehingga pihak industri juga memiliki program magang yang jelas dan terarah.
Kadin Jatim juga melakukan pembinaan UMKM, khususnya untuk peningkatan kualitas produk dan sistem produksi literasi digital UMKM melalui pembentukan lembaga Rumah Kurasi yang bekerjasama dengan Bank Indonesia Kanwil Jatim 1. (*)