KETIK, SIDOARJO – Jembatan Kedungpeluk patah dan ambruk pada Selasa (16/7/2024). Informasi yang beredar menyebutkan, penyebab jembatan ambruk itu semata-mata karena usianya yang sudah sekitar 50 tahun. Padahal, ungkap warga, jembatan tersebut ambrol setelah dilewati truk bermuatan urukan. Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab?
Informasi yang diterima Ketik.co.id menyebutkan, yang melewati Jembatan Kedungpeluk ternyata tidak hanya sebuah truk. Tapi, ada delapan unit truk yang masuk ke Desa Kedungpeluk, sisi timur jembatan. Semuanya melewati jembatan tersebut. Seluruhnya bermuatan tanah urukan.
”Tujuh truk sudah lewat. Baru waktu truk yang kedelapan lewat, jembatan patah dan ambruk,” ungkap salah seorang warga yang menyaksikan kejadian itu pada Selasa siang (16/7/2024) lalu.
Sebenarnya, lanjut warga yang minta namanya tidak disebutkan itu, sopir truk sempat mengurangi kecepatan. Berhenti di dekat taman perbatasan desa. Namun, entah mengapa dia kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Seakan tidak mau tahu dengan apa yang baru saja terjadi.
Tapi, warga di sisi barat jembatan tentu saja kaget. Mereka mendengar suara keras ambruknya bangunan. Dentuman keras antara beton dan air begitu dahsyat. Air sungai sampai terlontar ke udara.
”Semerap jembatan roboh, kulo sanjangi tiyang-tiyang (Tahu jembatan ambruk, saya beri tahu orang-orang,” kata Sukarsih, pemilik warung tidak jauh dari Lokasi Jembatan Kedungpeluk.
Akibat dilewati truk, Jembatan Kedungpeluk patah menjadi dua bagian. Ambruk. Lebih-lebih kondisi Jembatan Kedungpeluk memang sudah tua. Konstruksinya dibangun sekitar 1980-an. Sudah berkali-kali diusulkan untuk dibangun, belum juga ditetapkan.
Inilah puing-puing Jembatan Kedungpeluk yang ambruk. Bongkahan-bongkahan beton telah dievakuasi dari lokasi. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Kejadian Jembatan ambruk itu berakibat serius. Petambak udang harus kehilangan banyak biaya tambahan untuk mengangkut hasil panennya. Sebab, para petambak harus mengangkut secara estafet udang untuk dikirim ke luar kota dan keluar pulau.
Ribuan warga Desa Kedungpeluk berminggu-minggu tidak bisa beraktivitas dengan normal. Kendaraan terjebak. Masyarakat terisolasi. Mereka hanya bisa melewati jalan alternatif kecil. Cuma cukup dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda motor. Baru pada Minggu malam (28/7/2024), warga membangun sementara jembatan swadaya untuk dilewati kendaraan roda empat.
Baru pada Minggu malam (28/7/2024), jembatan alternatif selesai dibangun. Warga secara swadaya membuat jembatan alternatif dari pelat baja. Itulah akses sementara yang bisa digunakan warga sambil menunggu selesainya pemasangan jembatan Bailey. (*)