KETIK, SURABAYA – Budidaya tebu adalah segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang optimal agar berproduksi mendekati/mencapai potensi genetiknya.
Untuk menentukan tindakan budidaya diperlukan pendekatan-pendekatan sesuai dengan aslinya menyangkut lingkungan tumbuh dan sifatnya.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Jatim Heru Suseno pengelolaan tebu yang baik dan benar meliputi penentuan varietas, perawatan atau pemeliharaan dan tipologi lahan.
Penataan varietas dilakukan melalui penentuan varietas unggul yang akan ditanam sesuai dengan tipologi lahan, penetapan komposisi kemasakan, kesesuaian varietas unggul dengan rencana tebang dan masa tanam serta ketersediaan bahan tanam yang sehat, murni dan tepat waktu saat dibutuhkan.
"Saya ndak bisa bilang varietas terbaik ya, karena satu varietas bisa menunjukkan hasil yang beda kalau proses budidaya dan ditanam di tipologi lahan yg beda," paparnya kepada Ketik.co.id.
Menurut Heru, tapi sejauh ini mayoritas petani Jatim masih dominan di varietas Bululawang atau BL, karena perawatan mudah dan produksi per tahun cenderung stabil.
"Meskipun sudah dominan bertahun-bertahun tetap diupayakan untuk ada keragaman varietas agar tidak mudah terserang penyakit atau hama secara masif," ujarnya.
Mengenai pemilihan bibit tanaman tebu yang unggul, Kadisbun Jatim juga menyebut bahwa benih yang memiliki sertifikat adalah yang terbaik.
"Benih harus bersertifikat dan berlabel dan disesuaikan dengan tipologi lahannya serta ketahanannya terhadap penyakit," tutur Heru.
Mengenai umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Meskipun butuh waktu lama masa panennya, Kadisbun tak kawatir petani Jatim beralih ke tanaman lain. Karena di Jatim memiliki nilai tawar yang cukup tinggi untuk harga tebu dibandingkan provinsi lain.
"Sejauh ini nilai tawar tebu cukup baik, beberapa petani menganggap berusaha tani tebu lebih menguntungkan daripada jagung," ujar Heru.
Banyaknya petani tebu rakyat di Jatim akan mempertahankan predikat barometer nasional dalam produksi gula nasional.
Hal tersebut sesuai arahan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengingatkan agar para petani terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian, dalam hal untuk mengasilkan kualitas bibit tebu agar menghasilkan kadar rendemen yang baik. (*)