KETIK, PACITAN – Sedikitnya ada 76 ribu warga Pacitan, Jawa Timur yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kota yang memiliki banyak potensi wisata ini ternyata belum mampu mengatasi masalah klasik yang menyasar tiap generasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mencatat, per Maret 2023 angka penduduk miskin mencapai 76.200 jiwa.
Kendati demikian, jumlah penduduk miskin tersebut tercatat mengalami penurunan, dibandingkan tahun sebelumnya, yang berjumlah 76.930 jiwa.
"Persentase penduduk miskin di Pacitan mengalami penurunan dari 13,80 persen pada Maret 2022 menjadi sebesar 13,65 persen pada Maret 2023," kata Kepala BPS Pacitan, Wisma Eka Nurcahyanti, Jumat (12/1/2024).
Sedangkan, garis Kemiskinan pada bulan Maret 2023 berada di angka Rp352.606,00 per kapita. Artinya, masyarakat dengan pengeluaran rata-rata di bawah garis kemiskinan, disebut sebagai kategori miskin.
Secara rinci, garis kemiskinan tersebut mengalami penambahan sebesar Rp24.848,00 per kapita atau meningkat sebesar 7,58 persen, bila dibandingkan kondisi bulan tahun sebelumnya yang sebesar Rp327.758,00.
"Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan," jelasnya.
Sementara itu, indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Pacitan Maret 2023 sebesar 1,73 mengalami peningkatan sebesar 0,38 poin dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 1.35.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2023 diangka 0,32, mengalami peningkatan sebesar 0,09 poin dibandingkan sebelumnya yaitu 0,23.
Menurutnya, terkait dengan kondisi penurunan angka kemiskinan selama periode Maret 2023 dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya yakni, pemulihan perekonomian, terutama di sektor riil.
"Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi Pacitan yang meningkat dari 2,48% (2021) menjadi 5,54% (2022)," tambahnya.
Kemudian, karena adanya peningkatan perekonomian berbanding lurus pada naiknya pendapatan masyarakat, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tak ketinggalan, bertambahnya pengeluaran konsumsi rumah tangga dan program bantuan sosial yang berasal dari pemerintah pusat turut membantu masyarakat untuk mempertahankan daya belinya.
"Penurunan persentase penduduk miskin di Pacitan ini merupakan kabar baik. Namun, pemerintah harus tetap berupaya untuk menurunkan angka kemiskinan secara lebih signifikan," sambungnya.
Pihaknya menambahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan kudu lebih serius untuk menurunkan angka kemiskinan, melalui berbagai program dan kebijakan yang tepat sasaran.
Dorong Upaya Memutus Lingkaran Setan Kemiskinan
BPS Pacitan mendorong kepada pemerintah setempat untuk fokus pada upaya pengentasan. Khususnya memutus lingkar kemiskinan yang berlangsung turun-temurun alias miskin keturunan.
Kepala BPS Wisma, mengatakan bahwa miskin keturunan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan angka kemiskinan di Pacitan masih terbilang tinggi.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa upaya pengentasan kemiskinan harus difokuskan pada peningkatan kualitas hidup dan keterampilan generasi muda, khususnya yang berasal dari keluarga miskin.
"Kalau kami memandangnya itu, yang miskin keturunan ini yang harus kita atasi sebenarnya. Seperti bagaimana supaya keturunan dari orang-orang miskin ini punya gizi yang cukup, punya pendidikan layaj, keahlian yang baik," paparnya.
"Sehingga pada akhirnya, dia akan mengantaskan keluarganya itu dari kemiskinan," lanjutnya.
Ia menjelaskan bahwa pemberian bantuan sosial (bansos) kepada keluarga miskin merupakan langkah yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Namun, ia menekankan bahwa pemberian bansos harus tepat sasaran agar tidak menjadi bumerang dan justru memperburuk kondisi kemiskinan.
"Kalau untuk yang sudah tua sudah tidak bisa ngapa-ngapain, pastinya diberikan Bansos. Ibaratnya diberikan ikan," kata Wisma.
"Untuk ngasih kailnya, ini yang harus diperhatikan ya keturunannya. Keturunannya itu yang nantinya bisa membuat sebuah keajaiban bagi keluarga," sarannya.
Selain itu, Wisma juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Ia berharap semua pihak dapat berkontribusi dalam memberikan kesempatan yang sama bagi generasi muda dari keluarga miskin untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
"Ketepatan pemberian bantuan, dan memperhatikan keturunan dari orang-orang miskin, insyaallah bisa mengangkat keluarga kurang mampu keluar dari garis kemiskinan terlebih bisa memutus rantainya meskipun itu butuh waktu prosesnya lama," tutup Wisma. (*)