KETIK, PACITAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan memberikan penjelasan terkait fenomena hujan es yang terjadi di Dusun Krajan, Desa Ngromo Kecamatan Nawangan pada tanggal 26 Oktober 2023 lalu.
Menurut Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD, Radite Surya Anggono, hujan es tersebut disebabkan oleh puncak masa pancaroba yang menyasar beberapa kabupaten di utara Pacitan.
"Sesuai rilis BMKG terkait musim pancaroba untuk daerah Pacitan pada Dasarian II belum. Namun, untuk wilayah Ponorogo dan sekitarnya itu sudah mengalami peralihan musim," kata Radite.
Rilis BMKG terkait fenomena Hujan es di Pacitan. (Foto: BMKG)
"Akhirnya itu juga berdampak pada Pacitan mendapatkan hujan kiriman menyasar wilayah-wilayah Kecamatan Bandar, Nawangan yang memicu fenomena tersebut," imbuhnya.
Secara rinci, jelas Radite, fenomena itu disebabkan karena, Awan Konvektif sangat tinggi, awan Cumulonimbus terpantau sejak pukul 13.20 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
"Kemudian, suhu puncak awan sangat rendah, pada citra satelit Himawari terlihat adanya pertumbuhan awan jenis CB yang cukup signifikan, pada citra satelit produk Enhanced terlihat suhu puncak awan mencapai -62 hingga 80 °c disekitar wilayah Kecamatan Nawangan, Pacitan," jelasnya secara rinci mengacu rilis BMKG.
Radite melanjutkan, hujan es biasanya terjadi pada masa pancaroba karena kondisi atmosfer lokal yang labil sehingga uap air mudah terangkat ke atas.
Tangkapan layar video yang direkam oleh warga Pacitan saat fenomena hujan es. (Foto: BPBD)
Kondisi ini menyebabkan adanya peningkatan pertumbuhan jenis awan Cumulonimbus, yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem seperti hujan sedang-lebat disertai petir dan angin kencang sesaat.
Peristiwa hujan es ini sempat menghebohkan warga setempat. Warga menyebutnya dengan istilah 'Udan Woh'.
Pun BPBD Pacitan mengimbau, agar masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, di akhir tahun 2023 ini.
"Masyarakat diharapkan untuk selalu waspada dan mengikuti informasi terkini dari BMKG," tutup Radite. (*)